Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) merilis standar praktik kode etik agen asuransi umum. Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan DPP AAUI nomor 32/SK.AAUI/2020 tentang Standar Praktik dan Kode Etik Agen Asuransi Umum Indonesia.
Direktur Eksekutif AAUI Dody Dalimunthe menjelaskan diterbikannya Standar Praktik dan Kode Etik Agen Asuransi Umum Indonesia untuk standarisasi bagi perusahaan asuransi umum terkait aturan tingkah laku dan etika bagi setiap Agen Asuransi Umum yang mengikat perjanjian keagenan dengan perusahaan asuransi anggota AAUI.
“Standar Praktik dan Kode Etik Agen tersebut dibuat sebagai amanah dan pemenuhan dari Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan sebagai pedoman bagi anggota AAUI dalam menjalankan saluran distribusi/kerja sama dengan Agen Asuransi Umum,” jelas Dody dalam keterangan tertulis pada Selasa (8/12).
Baca Juga: Sumbang klaim terbesar, AAUI imbau penerbit asuransi kredit tinjau pencadangan
Agen Asuransi merupakan perwakilan dari Perusahaan Asuransi sebagai Penanggung dan harus memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 28 UU Perasuransian.
Belied itu menjelasakan agen asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi dan memenuhi persyaratan untuk mewakili perusahaan asuransi untuk memasarkan produk asuransi.
Wakil Ketua AAUI Untuk Bidang Keagenan Bambang S Soekarno menambahkan bahwa salah satu poin penting yang diatur dalam kode etik ini Agen Asuransi tidak diperkenankan terikat lebih dari satu perusahaan asuransi.
Guna menghindari konflik kepentingan dalam memasarkan produk asuransi dari Perusahaan Asuransi dan pembatasan ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam POJK No. 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi.
Lebih jelasnya aturan tersebut dijelaskan dalam Pasal 17 ayat 1 b POJK No. 69/POJK.05/2016 bahwa Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi.
“Perusahaan Asuansi dilarang mengikat perjanjian dengan Agen Asuransi yang masih terikat perjanjian keagenan dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lain yang sejenis,” tambahnya.
Dengan terbitnya Standar Praktik Kode Etik Agen Asuransi Umum ini juga menegaskan kembali bahwa Agen Asuransi harus terdaftar di OJK, dan AAUI memiliki kewenangan dari OJK untuk mendaftarkan Agen Asuransi Umum.
Baca Juga: Begini gaya hidup sehat ketua AAUI di tengah pandemi
Hal itu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam POJK No 67/POJK.05/2016 67”) Pasal 71 ayat (4) yang berbunyi “OJK mendelegasikan kewenangan pendaftaran Agen Asuransi kepada Asosiasi” dan ayat (5) yang berbunyi “Untuk terdaftar di OJK, Agen Asuransi harus menyampaikan permohonan pendaftaran kepada Asosiasi”.
Sementara itu Ketua AAUI HSM Widodo menambahkan bahwa dengan adanya standar Praktik dan Kode Etik Agen ini perusahaan asuransi umum wajib membuat perjanjian secara tertulis dengan Agen Asuransi yang memasarkan produk asuransinya yang paling sedikit mencantumkan kode etik yang ditetapkan oleh asosiasi sesuai dengan bidang usahanya dalam perjanjian keagenan.
“Ini menjadi kewajiban bagi perusahaan asuransi yang menggunakan agen asuransi dalam memasarkan produk asuransinya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam POJK 69 Pasal 16 ayat 2 b (1),” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News