Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi perekonomian global yang tak pasti telah membuat adanya peningkatan dan fluktuasi tingkat imbal hasil surat utang AS. Oleh karenanya, perbankan pun telah melakukan beberapa langkah antisipasi.
Dalam hal ini, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae bilang perbankan telah melakukan antisipasi adanya peningkatan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN).
Ia menyebutkan ada beberapa langkah yang dilakukan perbankan, antara lain memperpendek durasi SBN serta melakukan rebalancing jenis portofolio baik yang bersifat held to maturity maupun available for sale.
“Harapannya potensi kerugian dari perubahan nilai wajar surat berharga tidak mengganggu permodalan bank,” ujarnya.
Baca Juga: Bankir Minta Peninjauan Kewajiban Spin Off Unit Usaha Syariah, Ini Kata OJK
Sementara itu, Dian melihat tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.
Ke depan, Ia mengingatkan perbankan untuk mencermati dampak lanjutan dari tingginya ketidakpastian perekonomian maupun geopolitik global khususnya karena kebijakan moneter global yang masih ketat.
“Serta, termoderasinya perekonomian Tiongkok sehingga dapat meningkatkan sentimen terhadap risiko likuiditas maupun risiko pasar,” ujar Dian.
Direktur Treasury CIMB Niaga John Simon bilang saat ini CIMB Niaga juga menyadari bahwa saat ini imbal hasil SBN sudah naik signifikan sekitar 50 hingga 70 basis poin. Adapun, yang dilakukan CIMB Niaga adalah memperpendek durasi tenor yang dimiliki.
John bilang langkah tersebut diambil karena pihaknya melihat ketidakpastian ini hanya bersifat sementara. Sehingga, memperpendek tenor adalah langkah yang tepat untuk diambil saat ini.
“Karena modal kita juga cukup besar untuk volatilitas dari harga itu, kalau menurut kita masih masuk akal ya kita tak harus cut loss,” ujarnya.
Berdasarkan laporan bulanannya, aset surat berharga yang dimiliki oleh CIMB Niaga per Agustus 2023 senilai Rp 61,59 triliun. Angkanya mengalami koreksi dari periode sama tahun lalu senilai Rp 67 triliun.
Baca Juga: NIM Perbankan Masih Gemuk, Bankir: Harus Dijaga di Level yang Sehat
Serupa, Corporate Secretary BTN Ramon Armando bilang untuk mengantisipasi volatilitas harga di pasar, pihaknya berupaya untuk merekomposisi portofolio dengan fokus ke surat berharga yang memiliki tenor pendek.
“Di tambah, tidak melakukan penambahan nominal surat berharga sehingga dampak negatif di sisi profit loss dan modal dapat dimitigasi seminimal mungkin,” ujarnya.
Selain itu, Ramon bilang untuk mengoptimalkan alat likuid, BTN juga aktif berinvestasi di produk yang zero risk dengan imbal hasil menarik. Misalnya, SRBI yang baru-baru ini diterbitkan Bank Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News