kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Koperasi perempuan cita-citakan ibu-ibu mandiri finansial


Selasa, 02 Februari 2021 / 17:30 WIB
Koperasi perempuan cita-citakan ibu-ibu mandiri finansial
Anggota Koperasi Perempuan Kencana di Rancaekek Kencana, Kabupaten Bandung


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah 13 tahun Koperasi Aneka Usaha Perempuan Kencana berdiri di kawasan Rancaekek Kencana, Kabupaten Bandung. Di tahun 2007 silam, Nani Rosana, yang membuka bimbingan belajar (bimbel) di Rancaekek berkeinginan agar-agar kaum perempuan di kawasannya mandiri secara finansial. 

Akhirnya Nani, bersama sejumlah guru privat serta orang tua murid, ber-20, memutuskan mendirikan badan koperasi. Modalnya awalnya ketika itu Rp 20 juta. 

“Kami mendirikan koperasi supaya ibu-ibu tidak hanya mengandalkan uang dari suami, bisa membantu menopang keluarga juga. Jika suami sakit, agar ibu-ibu masih punya sumber uang,” kata Nani saat diwawancara Desember lalu di kantornya.

Menjalankan koperasi satu dekade lalu dia akui lebih mudah. Meskipun harus beradaptasi melakukan pendampingan usaha, setidaknya, tingkat kepercayaan masyarakat masih tinggi. Kini, maraknya koperasi gagal dengan kasus manajemen yang membawa kabur uang anggota, cukup membuat lembaga keuangan ini dipandang sebelah mata.

Baca juga: Jurus koperasi menangkis dampak pandemi

Di sisi lain, persaingan makin ketat. Bukan hanya dari penyalur pinjaman resmi seperti bank dan Permodalan Nasional Madani (PNM) yang sudah menyasar usaha mikro, tetapi juga dari pemberi pinjaman tidak resmi seperti bank emok. Padahal, menurut Nani, bank emok yang membebani standar bunga tinggi serta cara penagihan yang meresahkan, ujungnya bisa merugikan peminjam.

Nani berharap, para perempuan memilih lembaga keuangan resmi dalam mencari pinjaman. Apalagi, dengan prinsip kekeluargaan, Koperasi Perempuan Kencana juga mau memberikan relaksasi untuk anggotanya.   

Saat pandemi memukul ekonomi pada sekitar bulan April-Mei, Nani mencatat 80% penyaluran pinjaman macet. Pembatasan aktivitas yang berujung pada penurunan pendapatan anggotanya, menjadi penyebab kredit macet tersebut. 

Agar tubuh koperasi tetap sehat, Koperasi Perempuan Kencana yang beranggotakan 148 orang ini mengecilkan keran penyaluran pinjaman. Koperasi yang biasanya menyalurkan pinjaman sampai Rp 100 juta per bulan, saat itu hanya menyalurkan sekitar Rp 40 juta. 

Pinjaman itu pun disalurkan secara selektif. Pasalnya, ada jenis usaha yang menjadi mandeg saat pandemi, seperti konveksi. Sementara usaha perdagangan dan bisnis makanan masih relatif aman.

Di sisi lain, koperasi juga melakukan relaksasi pembayaran cicilan anggota. Sebagian anggota ditawarkan membayar pinjaman pokok tanpa biaya jasa. Sebagian lainnya, diperbolehkan membayar cicilan lebih kecil dibanding seharusnya. 

Baca juga: Koperasi ini tetap ekspansi di tengah pandemi

Nasriah misalnya, seorang pedagang warung dan gorengan di Rancaekek Kencana, sedianya membayar cicilan Rp 125.000 per bulan untuk pinjamannya di Koperasi Perempuan Kencana. Namun, saat pandemi, dia diperbolehkan membayar cicilan antara Rp 50.000 - Rp 100.000 per bulan. 

Nani mengaku, relaksasi masih dilakukan sampai saat ini. Meskipun likuiditas likuiditas mulai pulih karena mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar Rp 200 juta pada November lalu, anggota koperasi masih juga berjuang memulihkan diri. Malah, ada anggotanya yang merupakan karyawan pabrik, kini hanya menyandang status pekerja lepas harian. "Pelan-pelan, yang penting tertagih," kata Nani.

Baca juga: Pandemi mendorong koperasi inovasi go digital

*Tulisan ini merupakan tugas akhir dalam program Banking Editors MasterClass 2020 yang diselenggarakan Sekolah Jurnalisme AJI - Commonwealth Bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×