kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Koperasi ini tetap ekspansi di tengah pandemi


Selasa, 02 Februari 2021 / 18:00 WIB
Koperasi ini tetap ekspansi di tengah pandemi
Karyawan Koperasi Pesantren Al Ittifaq menunjukkan hasil tani yang dipasarkan di gerai Alifmart, Bandung


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Gerai Alifmart yang terletak di Jalan Anggrek, Bandung, belum dipasangi papan nama saat pembukaan pada 16 Januari 2021 lalu. Tetapi, di dalam mini market ini, terpajang rapi hasil tani segar di dua sisinya. Ada bahan pangan harian seperti cabai dan jahe, sayur, dan buah. Ada juga produk tani yang jarang ditemui di pasar tradisional, seperti jeruk Dekopon tanpa biji dan labu Butternut.  

Irvan Sadikin, Chief Financial Officer (CFO) Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al Ittifaq mengatakan, produk pertanian yang dijajakan di toko Alifmart ini hampir semuanya merupakan hasil panen para santri. Gerai Alifmart merupakan langkah ekspansi Kopontren untuk memiliki titik distribusi sendiri selain yang di kawasan pondok pesantren di Desa Ciburial, Rancabali, Kabupaten Bandung. 

Selama ini, selain memasarkan sendiri di pondok. Kopontren yang berdiri sejak 1997 ini mengirimkan hasil pertaniannya ke pasar modern seperti jaringan ritel Yogya di Bandung, Superindo di Bandung dan Jakarta, serta AEON di BSD Tangerang. 

Irvan menjelaskan, Pondok Pesantren Al Ittifaq yang sudah ada sejak tahun 1934, kini mengelola lahan tanam 14 hektare. Selain dari pondok, koperasi juga menerima hasil panen dari 270 petani dengan luas tanam mencapai 132 hektare di tiga kabupaten yakni Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur. Tak ketinggalan, Kopontren juga bermitra dengan 27 pondok pesantren agrobisnis lainnya. 

Koperasi Al Ittifaq memanen sekitar 5,4 ton – 5,6 ton komoditas per hari dari 126 varietas. Dari produksi itu, sebanyak 2,6 ton – 2,9 ton per hari dikirimkan ke ritel modern.

Tidak seperti pada koperasi simpan pinjam (KSP), pandemi membawa dampak berbeda kepada koperasi sektor riil seperti Al Ittifaq. 

Saat kabar virus Corona merebak akhir Februari 2020, permintaan hasil tanam permintaan empon-empon sebangsa jahe, sereh, kunyit dari Kopontren Al Ittifaq melesat tajam. Naik empat kali lipat dalam sebulan saja. 

“Saya melihat ada panic buying di masyarakat,” kata Irvan saat ditemui di Alifmart (16/1/2021). 

Seiring dengan kesadaran masyarakat akan makanan dan gaya hidup lebih sehat, permintaan sayur-mayur pun meningkat. “Terutama di pasar modern, permintaan di pasar modern juga naik, karena konsumen mencari produk yang baik, sayur yang bersih,” kata dia. 

Baca juga: Jurus koperasi menangkis dampak pandemi

Kebetulan, pasokan empon-empon dan sayuran petani memadai. Irvan bercerita, pada November 2019, berkaitan dengan Program One Pesantren, One Product, Ponpes Al Ittifaq menjadi percontohan bagi 500 orang perwakilan dari 189 pondok pesantren se-Jawa Barat. 

"Mereka menanam dulu yang paling gampang, empon-empon," kata dia. Kebetulan, sebanyak 60% pesantren ini juga bergerak di sektor pertanian.

Alhasil, empon-empon yang siap panen dalam waktu empat hingga enam bulan berikutnya, atau sekitar Bulan Maret, langsung terserap di awal pandemi. Permintaan tinggi akan hasil tani pun berlanjut ditopang masa puasa dan lebaran yang jatuh pada Mei-Juni lalu.

Baca juga: Pandemi mendorong koperasi go digital

Irvan Sandikin, CFO Kopontren Al Ittifaq mengamati hasil tani di gerai Alifmart.
Irvan Sadikin, CFO Kopontren Al Ittifaq sedang mengamati hasil tani di gerai Alifmart, Bandung

Butuh pendanaan

Lantaran permintaan akan produk meningkat, Kopontren Al Ittifaq membutuhkan lebih banyak dana. Setidaknya, ada tiga kebutuhan dana. Pertama, untuk budidaya. Kedua, untuk membayar 270 petani mitra. Lalu, kebutuhan ketiga, dana backup menunggu pembayaran dari supermarket. 

Untungnya, pada Juni 2020, Kopontren Al Ittifaq mendapatkan pencairan dana Rp 7,3 miliar dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). “Karena pada saat pandemi, kami mengerti, perbankan menahan diri,” kata Irvan. 

Koperasi memanfaatkan dana ini untuk pembayaran modal kerja. Sebagian lainnya juga digunakan untuk memperluas lahan di Ciwidey.

Dari rilis LPDB sebelumnya, pembiayaan ini menggunakan pola akad mudharabah untuk modal kerja dengan bagi hasil 30% untuk LPDB dan 70% untuk koperasi. Sedangkan akad murabahah untuk investasi dengan margin 3% per tahun atau 15% selama 5 tahun dari harga beli.

Sebagai langkah ekspansi lainnya, Al Ittifaq juga mengembangkan toko online miliknya, Alifmart.online untuk menjangkau pembeli ritel, serta menyiapkan pembangunan gudang sebagai persiapan untuk ekspor agar bisa masuk pasar Eropa. Tahun 2019, Irvan bilang, sudah mendapat letter of itent (LoI) dari pembeli Turki untuk tanaman herbal. 

Irvan yakin, pontensi pasar masih besar. Kopontren Al Ittifaq saja baru memenuhi kebutuhan 18% dari seluruh permintaan. “Jadi, masih ada potensi besar untuk kami ke depan,” katanya.

*Tulisan ini merupakan tugas akhir dalam program Banking Editors MasterClass 2020 yang diselenggarakan Sekolah Jurnalisme AJI - Commonwealth Bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×