Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
Butuh pendanaan
Lantaran permintaan akan produk meningkat, Kopontren Al Ittifaq membutuhkan lebih banyak dana. Setidaknya, ada tiga kebutuhan dana. Pertama, untuk budidaya. Kedua, untuk membayar 270 petani mitra. Lalu, kebutuhan ketiga, dana backup menunggu pembayaran dari supermarket.
Untungnya, pada Juni 2020, Kopontren Al Ittifaq mendapatkan pencairan dana Rp 7,3 miliar dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). “Karena pada saat pandemi, kami mengerti, perbankan menahan diri,” kata Irvan.
Koperasi memanfaatkan dana ini untuk pembayaran modal kerja. Sebagian lainnya juga digunakan untuk memperluas lahan di Ciwidey.
Dari rilis LPDB sebelumnya, pembiayaan ini menggunakan pola akad mudharabah untuk modal kerja dengan bagi hasil 30% untuk LPDB dan 70% untuk koperasi. Sedangkan akad murabahah untuk investasi dengan margin 3% per tahun atau 15% selama 5 tahun dari harga beli.
Sebagai langkah ekspansi lainnya, Al Ittifaq juga mengembangkan toko online miliknya, Alifmart.online untuk menjangkau pembeli ritel, serta menyiapkan pembangunan gudang sebagai persiapan untuk ekspor agar bisa masuk pasar Eropa. Tahun 2019, Irvan bilang, sudah mendapat letter of itent (LoI) dari pembeli Turki untuk tanaman herbal.
Irvan yakin, pontensi pasar masih besar. Kopontren Al Ittifaq saja baru memenuhi kebutuhan 18% dari seluruh permintaan. “Jadi, masih ada potensi besar untuk kami ke depan,” katanya.
*Tulisan ini merupakan tugas akhir dalam program Banking Editors MasterClass 2020 yang diselenggarakan Sekolah Jurnalisme AJI - Commonwealth Bank
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News