Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Selain pertumbuhan ekonomi yang melambat, bisnis asuransi syariah juga terpapar dampak kelesuan pasar modal di tahun ini. Hal ini berdampak pada laju bisnis segmen asuransi jiwa syariah yang melambat.
Selama ini kontribusi dari asuransi jiwa syariah memang masih mendominasi total premi industri asuransi syariah.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, asuransi jiwa syariah mengumpulkan premi sebesar Rp 6,47 triliun atau setara 84,5% dari total premi asuransi syariah yang mencapai Rp 7,65 triliun.
Hingga akhir triwulan ketiga ini, premi asuransi jiwa syariah pun mencatatkan pertumbuhan premi sebesar 12,9% secara year on year.
Padahal di akhir kuartal kedua segmen ini berhasil mencatatkan kenaikan setinggi 15,7% dibanding posisi semester I 2014.
Namun koreksi yang modal yang terjadi membuat pertumbuhan premi asuransi jiwa syariah ikut melambat. Bisnis asuransi jiwa syariah memang mengandalkan produk unit link sehingga saat pasar modal lesu, respon pasar ikut mengendur.
"Pasar modal kan terkoreksi cukup terasa di Juli sampai September," kata Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Adi Pramana belum lama ini.
Hal berbeda justru terasa di segmen asuransi umum syariah. Di akhir September lalu, premi segmen ini mencatatkan kenaikan sebesar 13,9% secara year on year menjadi Rp 1,17 triliun.
Kondisi ini membaik dibanding posisi di pertengahan 2015, dimana saat itu pertumbuhan premi dari industri asuransi umum syariah cuma sebesar 7,8%. "Di asuransi umum syariah terdorong oleh diversifikasi di luar asuransi kendaraan yang terus diupayakan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News