Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Outstanding kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia mengalami tren peningkatan pertumbuhan sejak awal tahun seiring dengan kenaikan booking baru KPR. Namun, di saat yang sama, kualitas asetnya mengalami penurunan ditandai dengan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), nilai KPR perbankan per Juli mencapai Rp 667,6 triliun atau tumbuh 10,28% secara tahunan (year on year/yoy). Laju pertumbuhan tersebut meningkat dari awal tahun di mana per Januari baru naik 7,38% dan pada Juni tumbuh 10,1%.
Sementara total nilai KPR bermasalah (NPL) mencapai Rp 18,63 triliun per Juli. Rasio NPL KPR ini ada di level 2,79%.
NPL KPR mengalami tren peningkatan sejak awal tahun. Rasio NPL di Januari 2,29% atau dengan total nilai KPR bermasalah Rp 14,56 triliun, lalu pada April 2,49% atau senilai Rp 16,13 triliun dan pada Juni 2,59% atau sebesar Rp 17,1 triliun.
Sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini, NPL KPR perbankan telah bertambah Rp 4,99 triliun dari posisi Desember yang nilai masih Rp 13,64 triliun.
Baca Juga: Bank Memacu KPR dengan Menabur Promo Bunga
Jika dirinci, rasio NPL KPR rumah tapak per Juli 2023 mencapai 2,59% dari total portofolio sebesar Rp 618 triliun. NPL kredit kepemilikan apartemen (KPA) mencapai 2,49% dari total portofolio sebesar Rp 28,5 triliun, NPL kepemilikan ruko/rukan 5,04% dari total portofolio senilai Rp 20,8 triliun.
Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai bank dengan pangsa KPR terbesar di Tanah Air mencatat kenaikan kredit bermasalah pada portofolio KPRnya.
NPL KPR subsidi bank ini naik dari 0,88% pada Juni 2022 ke level 1,64% pada Juni 2023. Outstanding KPR subsidi BTN tumbuh 10,8% secara tahunan dari Rp 137,2 triliun menjadi mencapai Rp 152,16 triliun. Sehingga nilai KPR subsidi bermasalah mencapai Rp 2,49 triliun, naik dari Rp 2,24 triliun pada Juni 2022.
Adapun rasio NPL KPR non subsidi BTN naik dari 2,32% menjadi 2,47%. Portofolio di segmen ini mencapai Rp 90,83 triliun, tumbuh 6,49% dari Rp 83,3 triliun pada Juni tahun lalu,. Dengan begitu nilai kredit bermasalah di segmen ini naik dari Rp 1,9 triliun menjadi Rp 2,24 triliun.
Baca Juga: Per Juni, Portofolio Kredit Restrukturisasi Covid-19 Bank Mandiri Rp 26,6 Triliun
Direktur Assets Management BTN Elisabeth Novie Riswanti menyebut, kenaikan NPL KPR karena paska relaksasi restrukturisasi Covid-19 berakhir pada Maret 2023, kondisi keuangan debitur belum sepenuhnya pulih. Sehingga beberapa debitur membutuhkan waktu lebih untuk menyesuaikan Kembali kepada kondisi sebelum terjadi Covid.
Ia menjelaskan, BTN sebagai bank yang fokus pada perumahan khususnya pada populasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengalami dampak paska pandemi. Sehingga, produk KPR subsidi, yang sebagian besar diberikan kepada MBR, mengalami kendala pembayaran angsuran.
"Kami berupaya semaksimal mungkin untuk membantu debitur-debitur tersebut sehingga harapannya kedepan akan kembali pulih. Kami juga telah mengantisipasi dengan beberapa langkah strategis Bank untuk dapat menurunkan NPL KPR kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya," kata Elisabeth, Rabu (9/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News