kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KPR di Indonesia ternyata sangat mini


Kamis, 30 September 2010 / 07:40 WIB


Reporter: Hari Widowati | Editor: Djumyati P.

NUSA DUA. Porsi penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia ternyata sangat mini. Saat ini, rasio KPR terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru sebesar 3%. Padahal, di negara-negara maju rasio penyaluran KPR terhadap PDB sudah menyentuh angka 50%.

Jika sensus Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan PDB Indonesia mencapai Rp 6.370 triliun, penyaluran KPR baru sebesar Rp 191,1 triliun. Bandingkan dengan total kredit perbankan yang mencapai Rp 1.632,1 triliun pada pertengahan September 2010 atau 25,62% dari PDB.

Presiden Direktur PT Bakrieland Development Tbk Hiramsyah S. Thaib mengatakan, penyaluran KPR di Indonesia ketinggalan jauh dari KPR di Inggris atau Amerika Serikat yang mencapai 50% PDB, bahkan lebih. Rasio KPR Indonesia hanya beda tipis dari rasio KPR India yang mencapai 5%.

"Meski KPR negara maju sudah tinggi, mereka masih berani memberikan insentif di sektor properti," ujar Hiramsyah di sela-sela The 25th Pan Pacific Conference of Real Estate Appraiser, Valuers, and Counselors, di Nusa Dua, Bali, Selasa (28/9). Ia menilai, pertumbuhan KPR harus didorong mengingat di Indonesia ada kekurangan pasokan rumah sebanyak 8 juta unit. Angka ini setiap tahun bertambah sekitar 1 juta unit.

Ia bilang, pemerintah tidak perlu takut memberikan insentif khususnya ke sektor properti kelas menengah ke bawah. Misalnya, insentif berupa penurunan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). "BPHTB sebesar 5% itu terlalu tinggi, bagaimana mau mendorong orang beli rumah," kata Hiramsyah. Padahal, di luar negeri pajak di sektor properti kecil karena properti merupakan sektor yang mendorong ekonomi bangsa dan menyerap banyak tenaga kerja, terutama di sektor konstruksi.

Ia mengutip pernyataan Real Estate Indonesia (REI) bahwa sektor properti memiliki multiplier effect 13 kali terhadap perekonomian. "Jadi, kalau pemerintah mau mendorong pertumbuhan ekonomi, selain infrastruktur yang harus didorong adalah sektor properti.

Berdasarkan data Bank Indonesia, hingga kuartal II 2010 penyaluran kredit properti mencapai Rp 230 triliun. Artinya, porsi kredit properti mencapai 14,52% dari total kredit perbankan pada kuartal II 2010 yang mencapai Rp 1.589,7 triliun.

Sebelumnya, General Manager Kredit Konsumer Bank BNI Diah Sulianto mengatakan, KPR masih menjadi andalan perbankan untuk menggenjot penyaluran kredit konsumsi. Ia menyebutkan, pertumbuhan KPR BNI tahun ini ditargetkan sebesar 20%. Hingga Juni 2010, BNI telah menyalurkan KPR sebesar Rp 11,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×