Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama konsumen dalam melakukan transaksi pembelian properti.
Berdasarkan survei data Bank Indonesia, sebagian besar atau 71,99% konsumen, masih memilih KPR sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial, terutama pada rumah tipe kecil.
Departemen Statistik BI mencatat, sepanjang kuartal IV-2013, total KPR mencapai Rp 280,52 triliun, lebih tinggi 2,21% dibanding kuartal sebelumnya.
Meski begitu, angka ini lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,61% dan total kredit perbankan.
Dari total KPR yang dikucurkan oleh bank sejak Januari 2013-Desember 2013, sebanyak 6,73% memanfaatkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari pemerintah. Sedangkan sebesar 93,27% melalui KPR non FLPP.
"Tapi jika dibandingkan dengan target pencairan, KPR bersubsidi FLPP untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MRB) mengalami percepatan pemanfaatan selama triwulan IV-2013," ujar Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, Hendy Sulistiowaty dalam hasil survei publikasi BI.
Pencairan FLPP sampai dengan akhir tahun 2013 tercatat sebesar 81,70% dari Rp 7,34 triliun total dana yang ditargetkan selama 2013 dan sisa dana yang belum terserap pada 2012. Dengan demikian, terdapat 18,30% dana yang belum dimanfaatkan oleh MRB selama 2013.
Bank sentral menilai, jumlah sisa dana yang belum terserap pada 2013 itu, dinilai cukup untuk membiayai 350.000 unit rumah. Keuntungan menggunakan FLPP adalah masyarakat berpenghasilan rendah dapat memperoleh cicilan rumah dengan bunga tetap sebesar 7,25% dengan jangka waktu cicilan maksimum 20 tahun. Sementara tingkat bunga KPR yang diberikan oleh perbankan khususnya kelompok bank persero, berkisar antara 9%-12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News