Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kebakaran hutan yang tak kunjung padam mengakibatkan meluasnya sebaran asap.
Bencana kebakaran lahan dan sebaran asap ini tentu mengganggu mobilitas orang dan aktivitas bisnis masyarakat di wilayah tersebut.
Direktur Kelembagaan dan UMKM Bank Rakyat Indonesia (BRI) Muhammad Irfan mengungkapkan, beberapa daerah yang terkena dampak sebaran asap mengalami pertumbuhan bisnis yang tidak optimal.
"Seperti beberapa cabang di daerah Jambi, Pekanbaru dan Kalimantan, aktivitas bisnisnya terganggu dan tidak optimal," kata Irfan kepada KONTAN, Rabu (28/10).
Menurut Irfan, seluruh nasabah di wilayah tersebut terkena bencana sebaran asap.
Meski demikian, kata Ifran, bukan berarti kualitas kredit nasabah di daerah tersebut memburuk.
Oleh sebab itu, bank jawara penyalur kredit mikro ini masih melakukan pendataan terhadap debitur-debitur yang terkena bencana sebaran asap kebakaran hutan.
Irfan bilang, sampai dengan akhir September, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di bank yang memiliki kode emiten BBRI ini, masih terkendali.
Perseroan pun melakukan langkah preventif terhadap nasabah yang terkena musibah.
"Terhadap debitur yang terganggu usahanya karena bencana asap, bisa kami berikan relaksasi secara case by case sesuai penilaian bank dan kemampuan debitur, seperti penundaan angsuran atau penundaan pembayaran bunga," jelas Irfan.
Setali tiga uang, Direktur Kredit Komersial (UMKM) Bank Negara Indonesia (BNI) Sutanto menuturkan, sebaran kabut asap dibeberapa daerah yang dekat dengan lokasi kebakaran hutan, turut mengganggu ekonomi daerah. Warga masyarakat di wilayah Pekanbaru, Jambi dan Pelembang, pasti mengalami kelumpuhan ekonomi.
Namun begitu, Sutanto belum dapat mengidentifikasi apakah bencana sebaran asap tersebut berdampak terhadap bisnis nasabah bank yang memiliki logo 46 itu.
"Kami masih perlu kami identifikasi lebih lanjut. Yang pasti, mereka mengalami gangguan secara bisnis karena kabut asap, misalnya dari yang tadinya jualan menjadi tidak bisa jualan," ujar Sutanto.
Sehingga, bank dengan kode emiten BBNI ini belum dapat memastikan sumbangan NPL dari wilayah bencana terhadap keseluruhan rasio kredit bermasalah perseroan.
Sutanto mengakui, penyaluran kredit baik mikro dan juga kredit usaha rakyat (KUR) di wilayah yang terkena musibah, mengalami hambatan.
Namun menurut Sutanto, bank sudah memiliki kebijakan dalam hal penanganan kredit di daerah bencana.
"Kalau memang kondisi perusahaan terganggu, kami lakukan restrukturisasi," ungkap Sutanto.
Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin menilai, bencana asap yang terjadi di Pekanbaru dan sekitarnya tidak berdampak signifikan bagi bisnis Bukopin.
Hingga saat ini, Glen bilang, pihaknya belum menerima laporan apapun dari kantor cabang yang terpapar asap.
"Sejauh ini, baik-baik saja. Mungkin ada dampak, tapi tidak signifikan," terang Glen, Rabu (28/10).
Dengan begitu, lanjut Glen, bisnis Bukopin di wilayah tersebut masih lancar.
Namun dia tetap berharap, bencana tersebut segera berakhir dan aktivitas masyarakat kembali normal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News