kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.600   -6,00   -0,04%
  • IDX 8.089   173,32   2,19%
  • KOMPAS100 1.119   28,59   2,62%
  • LQ45 796   23,97   3,10%
  • ISSI 285   3,86   1,37%
  • IDX30 415   14,34   3,58%
  • IDXHIDIV20 470   17,22   3,80%
  • IDX80 124   2,97   2,46%
  • IDXV30 133   4,48   3,48%
  • IDXQ30 131   4,31   3,39%

Kredit bermasalah intai sektor konstruksi


Jumat, 24 Agustus 2018 / 11:06 WIB
Kredit bermasalah intai sektor konstruksi


Reporter: Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Alarm kredit perbankan berdering. Walaupun kinerja belakangan ini tampak moncer, industri perbankan harus waspada terhadap kredit bermasalah, terutama di sektor konstruksi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) konstruksi sampai Juni 2018 masih tinggi. Per Juni 2018 OJK mencatat NPL kredit konstruksi sebesar 4,35%. Naik dari Juni 2017 sekitar 3,92%.

Di sektor ini, kelompok bank dari BUKU I menyumbang NPL sebesar 6,44%. Lalu dari Buku II mencatat NPL cukup tinggi di level 7,56%. Sementara dari BUKU III mencatat NPL paling rendah di level 3,66%. Sedangkan, BUKU IV posisi NPL konstruksi sebesar 4,23%.

Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II OJK menyebutkan kenaikan NPL konstruksi ini masih terkait kredit bermasalah disektor pertambangan dan komoditas.

"Karena umumnya end user-nya adalah debitur yang mendapat penghasilan dari dua sektor tersebut," kata Boedi kepada KONTAN, Kamis (23/8).

Jika harga komoditas tambang meningkat, penghasilan debitur akan meningkat dan harapannya NPL akan menurun. Belakangan ini tren harga komoditas memang mulai terlihat naik, namun belum tercermin di catatan NPL perbankan.

Kredit bermasalah juga datang dari kontraktor menengah dan kecil. Sementara kredit infrastruktur korporasi besar umumnya aman karena yang mempunyai proyek adalah pemerintah.

Salah satu bank yang merasakan kenaikan rasio kredit bermasalah adalah Bank Central Asia (BCA). Direktur BCA Handoyo menyebutkan porsi kredit konstruksi 2% dari total kredit. "BCA tetap menjaga habis-habisan penyaluran kredit konstruksi ini dengan mencadangkan nilai yang memadai untuk menjaga kredit bermasalah," ujar Handoyo

OCBC NISP juga berupaya menjaga kredit bermasalah. Hingga kini, NPL di OCBC NISP masih cenderung stabil di level 1,5%. "NPL konstruksi relatif terjaga di bawah 1,5% dan proyeksi ke depan juga akan masih relatif stabil," Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja kepada KONTAN. Bank yang terafiliasi dengan OCBC Group Singapura ini yakin, penyaluran kredit konstruksi akan terus terus tumbuh.

Sementara Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada mengatakan bakal terus memantau penyaluran ke kredit sektor konstruksi. "Kami selalu monitor terus seluruh kredit, tidak hanya sektor konstruksi," kata Haryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×