Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) belum akan merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini meskipun terjadi kontraksi di kuartal I. Perseroan masih optimis pemulihan ekonomi akan berlanjut sehingga permintaan kredit masih akan mengalami kenaikan.
Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, pihaknya masih akan menunggu perkembangan hasil penyaluran kredit pada semester I untuk bisa memutuskan apakah akan merevisi target pertumbuhan kredit yang sudah ditetapkan sekitar 6%-7% tahun ini.
"Pertumbuhan kredit di kuartal I memang belum sesuai target. Untuk sementara kami tunggu dulu perkembangan semester I untuk bisa menetapkan apakan akan direvisi turun atau direvisi naik. Tetapi kami masih optimis sesuai dengan hasil survei tiga bulanan yang kami lakukan terkait indeks aktivitas dan optimisme bisnis," kata Sunarso dalam konferensi pers virtual paparan hasil kinerja, Selasa (25/5).
Baca Juga: Komite privatisasi sudah setujui pembentukan holding BUMN ultra mikro
Hasil survei menunjukkan bahwa aktivitas bisnis pelaku UMKM mengalami kenaikan dan optimisme mereka juga membaik. Selain itu, lanjut Sunarso, pelaku usaha juga menyakini bahwa pemerintah bisa mengelola ekonomi makro dengan baik.
Jika hasil semester I cukup bagus maka BRI akan melakukan upaya mengejar target dan sebaliknya jika tidak memungkinkan maka akan direvisi ke bawah. Sunarso berharap setelah lebaran tidak terjadi kenaikan kasus Covid-19 secara signifikan sehingga perkiraan agar target masih bisa dicapai.
Dalam melakukan ekspansi kredit tahun ini, BRI masih akan tetap fokus pada segmen UMKM. Perseroan akan mengoptimalkan porsi UMKM meningkat hingga 85% dari posisi 80,6% pada kuartal I 2021.
Kredit BRI secara konsoldidasi per Maret 2021 tercatat mengalami kontraksi 1,77% menjadi Rp 914,19 triliun dari Rp 930,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Baca Juga: Penyaluran kredit BRI turun 1,7% pada kuartal I 2021, ini penyebabnya
Penurunan kredit BRI ini sebetulnya juga tidak lepas dari merger bank syariah Himbara menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) pada Februari 2021.
Pada kuartal I tahun ini, perseroan sudah tidak mengkonsolidasikan pembiayaan BRI Syariah yang sudah menjadi bagian dari BSI. Adapun pada triwulan pertama 2020, pembiayaan BRI Syariah mencapai Rp 30,45 triliun.
Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, penopang utama pertumbuhan kredit BRI adalah kredit mikro yang mencapai Rp 360,03 triliun atau tumbuh 12,43% YoY dan kredit konsumer yang tumbuh 1,62 YoY menjadi Rp 145,06 triliun.
Sementara kredit korporasi dan kredit ke BUMN mengalami penurunan 12,3% YoY Rp 178,2 triliun. Kredit segmen kecil juga turun 2,2% ke Rp 193,3 triliun dan kredit segmen menengah kontraksi 2,3% jadi Rp 19,9 triliun.
Sunarso mengatakan, tantangan utama perbankan saat ini bukan mencari likuiditas, namun masih pada penyaluran kredit kepada sektor riil. likuiditas perseroan masih sangat longgar dimana loan to deposit ratio (LDR) per Maret 2021 tercatat 87,12%.
Baca Juga: Perkuat layanan digital, Bank Mandiri gandeng fintech Youtap
"Idealnya LDR bank 92% sehingga ruang untuk ekspansi kredit masih besar. Kondisi ini pula yang membuat kami tidak terlalu menggenjot pendanaan dimana pada kuartal I hanya tumbuh 1,9%," katanya.
Menurutnya, dua hal yang paling signifikan dan paling elastis mempengaruhi pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
“Oleh karenanya kami akan terus mengambil peran menjadi garda terdepan pemulihan ekonomi nasional dengan menjadi mitra utama pemerintah dalam menyalurkan berbagai bantuan dan stimulus untuk meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan mendorong permintaan kredit”, tambah Sunarso.
Selanjutnya: Laba bersih BRI turun 16,7% menjadi Rp 6,86 triliun di kuartal pertama 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News