kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit konsumsi tumbuh paling deras dibanding segmen lain


Minggu, 08 Juli 2018 / 14:59 WIB
Kredit konsumsi tumbuh paling deras dibanding segmen lain
ILUSTRASI. Penyaluran Kredit Bank Permata


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan Mei 2018, kredit perbankan tercatat tumbuh cukup deras mencapai 10,2% secara year on year (yoy). Jumlah tersebut jauh lebih cepat bila dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang baru tumbuh 8,9%.

Adapun bila dilihat per segmen kreditnya, data analisis uang beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI) kredit konsumsi masih menjadi jawara dengan pertumbuhan paling tinggi. Bank sentral mencatat per Mei 2018 kredit konsumsi naik 11,7% yoy menjadi Rp 1.436,3 triliun.

Menurut BI, kenaikan kredit konsumsi utamanya didorong oleh akselerasi kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna. Hal tersebut disepakati oleh sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id. PT Bank CIMB Niaga Tbk misalnya yang menuturkan bila dibandingkan dengan segmen kreditnya memang konsumer tumbuh jauh lebih deras.

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan mejelaskan, peningkatant tersebut antara lain didorong oleh permintaan dan kebutuhan masyarakat yang meningkat menjelang akhir kuartal II 2018 lalu. Pun, menurut Lani tren pertumbuhan kredit di segmen ini akan lebih deras pada Semester II 2018. Bank yang terafiliasi dengan grup CIMB ini pun optimis kredit konsumer masih mampu tumbuh hingga ke level 15% pada akhir 2018.

"Kami akan fokus di KPR, saat ini masih tumbuh 10% (konsumer dan KPR). Sisanya untuk kartu kredit masih tumbuh tapi marginal. Sejalan dengan pasar yang memang tumbuh flat untuk kartu kredit," ujar Lani kepada Kontan.co.id, Jumat (6/7).

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menilai pertumbuhan kredit konsumer perseroan belum sekencang industri. Sampai dengan akhir Mei 2018 pihaknya mencatat kredit konsumer baru tumbuh sebesar 9%.

Senada dengan BI dan CIMB Niaga, mayoritas pertumbuhan tersebut didorong oleh kredit perumahan. Walau potensinya masih cukup besar di paruh kedua 2018, Parwati mengatakan persaingan akan cukup ketat.

"Kami berharap bisa lebih baik di paruh kedua. Tapi kelihatannya memang cukup menantang," tuturnya.

Atas hal itu, pihaknya tak mematok secara spesifik pertumbuhan kredit konsumer. Hanya saja, Parwati berharap kredit konsumer mampu tumbuh dua digit di akhir tahun 2018, walau ia menilai kondisi saat ini terbilang sulit untuk mengejar pertumbuhan tersebut.

Sementara itu, PT Bank Bukopin Tbk menyatakan sejauh ini perkembangan bisnis konsumer sudah lebih baik. Direktur Konsumer Bukopin Rivan. A Purwantono mengatakan untuk produk KPR pihaknya sudah mencatatkan pertumbuhan sebesar 20% sampai dengan akhir Mei 2018.

Melihat pertumbuhan yang cukup deras di sektor perumahan ini, bank bersandi emiten bursa BBKP ini pun berniat untuk merubah target pertumbuhan di tahun ini dari 15% menjadi 25%. "Optimisnya kami bisa tumbuh 25% di KPR. Rencananya memang untuk meningkatkan kontribusi segmen konsumer," tuturnya. Salah satu cara untuk menggenjot pertumbuhan kredit konsumer, menurut Rivan saat ini adalah melalui pengembangan KPR.

Dus, Bukopin bakal mengkaji bunga promo KPR 8,8% yang semula tetap (fixed) selama dua tahun agar diperpanjang, keputusan ini akan keluar pada bulan Juli atau Agustus 2018.

Selain KPR, bisnis konsumer yang masih memberi kontribusi cukup besar terhadap Bukopin yakni kredit pensiunan. Catatan Rivan, khusus segmen ini pihaknya sudah mencatat pertumbuhan 20% per Mei 2018. Nantinya, perseroan juga akan mengembangkan sektor pensiunan terutama dengan menyasar nasabah dari kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan TNI Polri.

"Mungkin kredit pensiunan itu Rp 10 triliun. Jadi memang dari total kredit konsumer 70% personal loan. Di dalamnya termasuk pensiunan," tambahnya. Walau demikian, rasio non performing loan (NPL) Bukopin di sektor konsumer masih terbilang tinggi yakni 3,8% per Mei 2018. Namun, Rivan mengatakan posisi tersebut masih terbilang aman dan akan dijaga maksimal di level 3,8%.

Sebagai tambahan informasi, BI mengatakan meski KPR dan kredit multiguna tumbuh tinggi, kredit kendaraan bermotor (KKB) justru mengalami penurunan. Catatn BI menunjukan KKB turun dari semula 16,3% yoy per April 2018 menjadi hanya 11% saja dengan outstanding mencapai Rp 134,3 triliun.

Adapun, pertumbuhan KPR mencatat pertumbuhan sebesar 14,1% yoy pada akhir Mei 2018 menjadi Rp 430,3 triliun. Meningkat bila dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang baru tumbuh 12,5% yoy. Sementara kredit multiguna tumbuh 14,4% yoy per Mei 2018 menjadi Rp 543,8 triliun. Lebih deras dibanding bulan April 2018 yang tumbuh 13,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×