kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kredit Korporasi Perbankan Lesu Kendati Kredit Macet Turun, Pertanda Apa?


Selasa, 05 September 2023 / 05:45 WIB
Kredit Korporasi Perbankan Lesu Kendati Kredit Macet Turun, Pertanda Apa?
ILUSTRASI.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

Di samping faktor utama pemulihan arus kas debitur, penurunan NPL juga disebut Hera didukung oleh penghapusbukuan kredit yang merupakan salah satu strategi industri perbankan dalam mencapai target NPL, tak terkecuali BCA. Penghapusbukuan dilakukan secara selektif, dan dilakukan terhadap fasilitas sudah lama bermasalah (macet) namun belum berhasil dilakukan penagihan sepenuhnya. 

"Ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan likuiditas yang solid, BCA tetap optimistis dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga. BCA juga secara berkala melakukan monitoring terhadap kualitas kredit di setiap segmen," imbuhnya.

Sementara, kredit korporasi BCA tumbuh 5,1% yoy menjadi Rp 326,0 triliun pada semester I-2023. Pertumbuhan kredit korporasi di BCA ini lesu dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh hingga 19,1%. 

Baca Juga: Bank Himbara Masih Menunggu Aturan Hapus Buku Kredit UMKM

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pun membenarkan hal tersebut, ia bilang kalau kredit korporasi memang terlihat kurang baik dibanding tahun sebelumnya. Beberapa alasan yang menyebabkan melesunya penyaluran kredit pada segmen korporasi menurut Jahja, salah satunya karena faktor persiapan tahun politik atau pemilu yang menyebabkan pengusaha wait and see.

"Selain itu, kalau tahun lalu proyek infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, juga power plant cukup besar, bukan hanya swasta tapi juga BUMN. Sementara di tahun ini hingga Juni, sektor itu kurang berkembang," katanya.

Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menilai, perlambatan pada penyaluran kredit korporasi disebabkan oleh tingkat bunga yang tinggi dan pengusaha masih wait & see menunggu hasil pemilu 2024.

 

"Exportir di luar komoditi sedang mengalami tantangan demand dari market export dan limpahan oversupply produk dari China sehingga produsen domestik kalah bersaing," ujar Budi.

Menurutnya, kredit korporasi yang menunjang saat ini yakni pada sektor otomotif dan properti dengan segala value chain-nya (suku cadang), pertambangan, dan perkebunan.

Baca Juga: Ekonomi China Lesu, Laba Perbankan Layu

"Dalam upaya meningkatkan kredit korporasi spread atau NIM bank harus dipangkas sehingga suku bunga turun. Ini akan mendorong stabilitas politik dan keamanan menjelang pemilu," kata Budi.

Adapun Pengamat Perbankan, SVP, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, penyebab perlambatan penyaluran kredit korporasi yakni lebih kepada rentetan dampak dari pandemi yang membuat perusahaan masih menahan ekspansi, inflasi dan tren kenaikan suku bunga yang juga membuat perlambatan penyaluran kredit korporasi.

"Hingga akhir tahun juga diproyeksikan masih tetap melambat dan kenaikan lebih banyak ditopang dari sektor infrastruktur," ungkap Trioksa.

Dalam meningkatkan kredit korporasi, kata Trioksa perbankan bisa melakukan penurunan suku bunga dan perbanyak investasi serta belanja infrastruktur.

Sebagai catatan, Berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan pada Juli 2023 yang dirilis BI, kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi tetap tumbuh positif meski tidak setinggi bulan sebelumnya. 

Hal tersebut tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 17,6% melambat jika dibandingkan pada Juni 2023 sebesar 17,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×