kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit macet BPR masih tinggi


Senin, 07 Juli 2014 / 12:49 WIB
Kredit macet BPR masih tinggi
ILUSTRASI. Mantan Bupati Indragiri Hulu Raja Thamsir Rahman tersangka kasus korupsi alih fungsi lahan Duta Palma dituntut hukuman 10 tahun penjara


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengalami pertumbuhan kredit sebesar 18,02% secara year on year (YoY) di bulan April lalu. Sayangnya, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BPR di bulan April lalu secara umum masih tinggi yaitu di level 5,06%.

Menurut Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo), NPL BPR saat ini sebetulnya sudah mengalami perbaikan dibanding beberapa tahun lalu. Di tahun 2008, NPL BPR bahkan sempat menembus 10%.

“Perbaikan terus dilakukan oleh teman-teman BPR sehingga NPL kami sekarang sudah menurun,” kata Joko saat dihubungi KONTAN, Senin, (7/7).

Joko mengakui, untuk sementara ini level NPL BPR memang akan tertahan di sekitar 5%. Namun ia membantah hal ini disebabkan persoalan kurangnya sumber daya manusia (SDM) BPR dalam melakukan pengawasan atas kredit yang telah disalurkan.

Sebetulnya account officer untuk mengawasi pelaksanaan penyaluran kredit di setiap BPR, kata Joko, sudah mempertimbangkan jumlah tenaga yang diperlukan dengan besaran jumlah kredit yang disalurkan.

“BPR yang semula account officer-nya mencapai 10 orang dengan kredit senilai Rp 10 miliar, lalu kemudian kreditnya naik Rp 100 miliar, tentunya account officernya tidak mungkin tetap 10 orang,” ujarnya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2014, NPL BPR sebesar 5,06%. Level kredit macet BPR sebetulnya menurun sedikit dibanding April 2013 sebesar 5,21%. Keberhasilan penurunan NPL BPR juga diikuti kenaikan total kredit BPR dari Rp 53,80 triliun di April 2013 menjadi Rp 63,50 triliun di April 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×