kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kredit macet hantui bisnis bank tahun ini


Kamis, 15 Desember 2016 / 06:05 WIB
 Kredit macet hantui bisnis bank tahun ini


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) masih membayangi rapor kinerja perbankan Tanah Air. Hingga Oktober 2016, sepuluh bank besar penguasa pasar masih menambah porsi dana cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

Mengutip laporan keuangan, dana cadangan 10 bank melonjak 36,92% menjadi Rp 103,17 triliun per Oktober 2016 ketimbang tahun lalu (year on year/yoy). Seluruh bank besar mencatatkan kenaikan CKPN dengan kenaikan tertinggi dialami Bank Permata yang melompat 96,13% menjadi Rp 5,63 triliun.

Bank Mandiri tercatat sebagai dengan alokasi CKPN terbesar atau sebanyak Rp 29,42 triliun. Disusul Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp 22,12 triliun. Tapi, para bankir optimistis tekanan kredit bermasalah bakal susut di tahun depan.

"NPL yang turun akan menyebabkan alokasi dana untuk pencadangan tahun depan berkurang," ujar Sulis Usdoko, Direktur Bank Tabungan Negara (BTN) kepada KONTAN, Rabu (14/12).

Sekretaris Perusahaan Bank Negara Indonesia (BNI) Kiryanto mengatakan, membaiknya pertumbuhan ekonomi dan berbagai pelonggaran aturan menjadi penopang perbaikan kualitas kredit di 2017. Pemulihan harga komoditas dan batubara juga bakal menolong bank bersih-bersih kredit bermasalah di sektor tersebut.

Setali tiga uang, Glen Glenardi Direktur Utama Bank Bukopin mengatakan, dana pencadangan bakal susut di tahun depan. Pada 2017, perseroan berencana menurunkan coverage ratio sebesar 6%-8% dari posisi tahun ini di kisaran 48% sampai 49%.

Glen bilang, saat ini alokasi pencadangan terbesar masih didominasi oleh kredit pertambangan dan perdagangan.

Lewati puncak

Otoritas Jasa Keuangan menilai, puncak NPL terjadi di tahun ini. Proyeksi OJK, laju NPL industri perbankan berpotensi bergerak turun ke bawah level 3% di akhir 2016. Per September 2016, NPL perbankan sebesar 3,1%, susut tipis dari posisi Agustus sebesar 3,22%.

Hingga bulan lalu, NPL sektor pertambangan menjadi pemberat laju kinerja perbankan atau sebesar 6,38%. Kredit macet pertambangan sedikit membaik setelah sempat menyentuh level 7,22% di Agustus.

Di September, Bank Permata tercatat sebagai bank besar dengan kenaikan NPL tinggi. Bank patungan milik Standard Chartered dan Astra International ini mencatatkan rasio NPL gross sebesar 4,86%, naik 2,36 % ketimbang posisi 2,50% per September 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×