kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kredit macet perbankan makin melandai


Rabu, 23 Januari 2019 / 20:41 WIB
Kredit macet perbankan makin melandai


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit macet bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan di tahun 2018 mulai menunjukkan tren yang melandai. Hingga November 2018, Otoritas Jasa Keuangan mencatat rasio NPL berada di level 2,66% dengan nilai Rp 137,60 triliun, dari total kredit yang dikucurkan sebesar Rp 5.160,15 triliun.

Capaian tersebut menurun 22 bps dibandingkan November 2017 dengan rasio NPL sebesar 2,88% senilai Rp 132,86 triliun, dari total kredit mengucur senilai Rp 4.605,07 triliun selama periode tersebut.

Beberapa bankir pun mengamini tren penurunan NPL ini. Direktur Collection & Asset Management PT Bank Tabungan Negara Nixon Napitupulu bilang pada 2018 rasio NPL perseroan lebih rendah dibandingkan 2017. "Kalau hitung-hitungan yang unaudited NPL kami berada di bawah 2,4%. Lebih rendah dibandingkan 2017," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/1). 

Sementara pada 2017, BTN punya rasio NPL sebesar 2,6%. Penyumbang kredit bermasalah terbesar datang dari segmen syariah. Sedangkan komersial, dan konsumer justru menurun. Sayang ia enggan memberi penjelasan lebih lanjut.

Yang pasti, Nixon mengatakan beragam upaya telah dilakukan perseroan guna mengurangi NPL. Antara lain dengan melakukan penagihan kredit serta penjualan beberapa aset bermasalah.

"Ada beberapa upaya penagihan, kemudian restrukturisasi terutama di kredit konstruksi, dan penjualan untuk kredit konstruksi yang terbengkalai sedang proses kita tawarkan ke developer yang lebih besar," paparnya.

Sementara hingga November 2018, BTN telah menyalurkan kredit sebesar Rp 207,22 triliun, meningkat 17,83% dibandingkan November 2017 dengan penyaluran senilai Rp 175,86 triliun. Sedangkan untuk 2019, BTN menargetkan NPL perseroan bisa berada di bawah 2%. 

Bank plat merah lain, PT Bank Negara Indonesia juga ikut mengalami tren penurunan ini. Pada 2018 rasio NPL BNI berada di level 1,9%. Menurun dibandingkan capaian pada 2017 sebesar 2,3%.

"Secara umum sektor paling besar dari perdagangan, hotel. Makanya kita review lagi sektor mana yg lebih prioritas," kata Direktur Manajemen Resiko BNI Bob Tyasika Ananta.

Sepanjang 2018 rasio NPL sektor perdagangan, restoran, dan hotel memang paling besar dibandingkan sektor lain, yaitu mencapai 3,6% dibandingkan 2017 yang sebesar 2,9%. Padahal pertumbuhan kredit sektor ini pada 2018 hanya sebesar 1,2%. 

Di mana pada 2017 disalurkan kredit senilai Rp 23,22 triliun, dan pada 2018 sebesar Rp 23,49 triliun. Sedangkan untuk tahun ini, Bob bilang, BNI masih akan menjaga rasio NPL di bawah 2%.

Di sisi lain PT Bank Mayapada juga turut merasakan hal serupa. Presiden Direktur Mayapada Haryono Tjahjarijadi bilang tahun ini gross NPL perseroan berada di kisaran 3%, dengan NPL bersih sebesar 2,2%. Padahal, ada 2017, rasio NPL Mayapada mencapai 5,65%, berada rasio yang ditetapkan Otoritas.

"Porsi penyumbangnya hampir rata di semua segmen dan sektor industri. Tahun ini, target kami kurang lebih sama sekitar 3%," kata Haryono 

Untuk mengurangi kredit bermasalah, Haruono bilang perseroan akan lebih berhati-hati, dan menerapkan prinsip Good Corporate Government terhadap pengajuan kredit baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×