Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan kredit perbankan masih akan mencapai 15%-17% pada tahun 2014. Kendati, BI telah memutuskan untuk merevisi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%-5,5% dari sebelumnya sebesar 5,5%-5,9%.
Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI, mengatakan, revisi pertumbuhan ekonomi tersebut tidak memengaruhi pertumbuhan kredit bank, karena permintaan domestik masih tumbuh.
"Perbankan akan diarahkan pada pembiayaan domestik untuk meningkatkan pertumbuhan kredit," kata Halim, pekan lalu.
Selanjutnya, untuk semester II/2014, diproyeksikan ada bank yang merevisi pertumbuhan kredit, namun ada juga bank yang tidak merevisi target kredit. Tergantung dari kondisi likuiditas dan risiko yang diperhitungan oleh bank untuk semester kedua mendatang.
Sebetulnya, perbankan masih dapat meningkatkan pertumbuhan kredit melalui pembiayaan domestik yang mengarah pada kegiatan produktif.
Pasalnya, Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI, menuturkan, permintaan domestik masih akan tumbuh seperti konsumsi rumah tangga, barang dan jasa, serta investasi.
"Pertumbuhan masih akan relatif sama pada permintaan domestik," ucap Perry.
Halim menambahkan, pada kuartal I/2014, kredit perbankan masih tinggi meskipun mengarah pada penurunan.
Misalnya, per Maret 2014, kredit perbankan tumbuh 19,5% menjadi Rp 3.316 triliun dibandingkan posisi kredit per Maret 2013 senilai Rp 2.787 triliun.
Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan bulan Desember 2013 sebesar 21,4% dengan nilai Rp 3.293 triliun.
Sementara itu, industri perbankan tetap akan menargetkan pertumbuhan sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) pada tahun 2014, meskipun pada kuartal satu tercatat realisasi pertumbuhan kredit lebih tinggi dari target.
Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan, pihaknya akan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 16%-18% pada akhir tahun ini. Angka tersebut akan terealisasi pada kuartal dua dan kuartal empat.
Adapun pada Maret 2014 kredit Bank Mandiri mencapai Rp 470,42 triliun atau tumbuh 20,1% dibandingkan posisi Maret 2013 senilai Rp 391,64 triliun.
Pahala menambahkan, angka pertumbuhan 20% tersebut termasuk perhitungan depresiasi pelemahan nilai tukar mata (kurs) uang rupiah. Jika mengeluarkan nilai depresiasi kurs maka pertumbuhan kredit akan sebesar 18%. "Itu sudah inline sesuai rencana bisnis," ucapnya.
Selain itu, Achmad Baequni, Direktur Keuangan BRI, mengatakan, perseroan membidik pertumbuhan kredit sesuai arahan BI yakni 15%-17% pada tahun 2014.
Meskipun, realiasi pertumbuhan kredit mencapai 19,70% pada kuartal I/2014 atau senilai Rp 432,44 triliun. Dia menambahkan, pertumbuhan kredit dibarengi dengan prinsip kehati-hatian sehingga tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dapat dijaga di level 0,47%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News