Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi sebagai dampak dari wabah corona (Covid-19) turut menggerogoti fungsi intermediasi perbankan. Tim riset ekonomi PT Bank Mandiri Tbk memperkirakan kredit perbankan tahun ini hanya akan tumbuh 1,7%.
Dalam hasil analisa ekonom Bank Mandiri yang diunggah 5 Juni 2020 lalu disebutkan, tahun ini perbankan cenderung berhati-hati dan tidak terlalu agresif dalam menyalurkan kredit. Selain pandemi Covid-19, tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok juga menjadi pertimbangan utama perbankan dalam menyalurkan kredit.
Sejatinya, proyeksi tersebut tidak jauh beda dengan prediksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mengutip artikel Kontan.co.id akhir April lalu, OJK menyebut kemungkinan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini maksimal hanya 2%. Malah, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso kala itu menyebut kredit bisa saja tumbuh stagnan.
Baca Juga: Perbankan percepat tahapan transformasi digital untuk hadapi new normal
Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto juga memprediksi kredit maksimal hanya tumbuh 2%-3%. Bahkan, kredit bisa saja tumbuh di bawah angka pertumbuhan prpduk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Per April 2020, kredit perbankan masih bisa tumbuh 4,9% secara year on year (yoy) menurut data Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI). Realisasi ini menurun dari bulan sebelumnya yang sempat tumbuh 7,2% secara yoy.
Ryan mengatakan, dalam situasi pandemi saat ini, pertumbuhan kredit lebih banyak disumbang oleh bank besar di kelompok BUKU IV. "BUKU IV masih punya mitra debitur, terutama debitur BUMN, sementara bank yang lebih kecil saat ini lebih fokus membenahi kredit bermasalah, ketimbang ekspansi," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/6).
Ryan menegaskan, saat ini pemerintah dan pemangku kebijakan harus lebih dulu membenahi persoalan dari sisi kesehatan, sebelum mendorong perekonomian. "Karena kalau permasalahan ini tidak segera selesai, bisa saja kredit tumbuh 1% atau negative growth. Lantaran, mesin penggerak ekonominya juga belum dalam kapastitas optimal," ulasnya.
Ia menebak, perlambatan kredit akibat dampak Covid-19 akan terus berlanjut sampai tahun 2021. "Ini merupakan pilihan terbaik di tengah situasi ini. Pertumbuhan 3% itu masih sangat positif," tuturnya.
Beberapa bank memang secara terang-terangan menyebut tidak berencana menggenjot ekspansi kredit saat ini. Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, BCA memilih untuk lebih konservatif dalam memberikan kredit.
Sebab, saat ini bank harus jeli memilih mana nasabah yang masih potensial dan melihat kondisi sektor bersangkutan. Beberapa sektor yang disoroti misalnya seperti industri pengolahan atau industri kesehatan yang memang membutuhkan kredit baru.
Baca Juga: Suntik dana segar, KB Kookmin Bank akan resmi jadi pengendali Bank Bukopin
Revisi rencana bisnis
BCA sendiri akan merombak seluruh rencana bisnis bank (RBB) termasuk realisasi kredit tahun ini untuk diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Kalau ada nasabah yang rekam jejaknya baik, butuh dana misalnya kami akan support," ujarnya, Rabu lalu (11/6).
Sekadar informasi saja, per Maret 2020 bank swasta terbesar ini masih mencatat realisasi kredit Rp 612,16 triliun atau tumbuh 12,3% yoy. Penyumbang terbesar tentunya dari kredit korporasi yang naik tinggi 25,4% yoy dari Rp 207,65 triliun per Maret 2019 menjadi Rp 260,38 triliun di akhir kuartal I 2020.
PT Bank Mandiri Tbk juga akan tetap mengejar pertumbuhan kredit meski tidak akan jor-joran. Royke Tumilaar, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan, Bank Mandiri akan fokus mengejar pertumbuhan kredit pada sektor-sektor yang tidak terdampak Covid-19.
Baca Juga: Hingga Mei 2020, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) restrukturisasi KUR Rp 18,6 triliun
"Kami akan fokus melakukan pembiayaan di sektor farmasi, telekomunikasi, dan fast moving consumer goods (FMCG)," katanya belum lama ini. Selain sektor tersebut, Bank Mandiri juga akan terus mendukung debiturnya yang masih sehat dan merupakan pemimpin pasar di masing-masing industrinya.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Winston Rumantir menambahkan, kredit Bank Mandiri di sektor farmasi, telekomunikasi dan FMCG pada kuartal I 2020 msih tumbuh cukup bagus. Eksposur kredit farmasi Bank Mandiri tumbuh 16,8% dibandingkan kuartal I 2019, kredit di sektor FMCG naik 6,9%, dan dari sektor telekmunikasi tumbuh 44% secara year on year (YoY).
Sepanjang kuartal I 2020, Bank Mandiri secara konsolidasi masih mencatatkan pertumbuhan kredit dua digit yakni 14,20% dari Rp 790,5 triliun pada Maret 2019 menjadi Rp 902,7 triliun.
Bank Mandiri bakal merevisi target kreditnya tahun ini. Namun hingga saat ini, masih dalam proses penyusunan.
Bank ini kesulitan dalam memutuskan target karena masih banyak ketidakpastian terkait Covid-19 hingga saat ini. Revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) baru akan diserahkan perseroan ke OJK pada akhir Juni ini.
Baca Juga: Penyerapan KUR masih rendah, Kemenkop UKM ingin libatkan P2P lending
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News