Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
Di sisi lain, peluang pertumbuhan sektor perumahan ini sebenarnya juga sudah dibuktikan Bank BTN. Meski diakui tantangan penyaluran kredit cukup berat, Plt Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan tahun lalu kredit perumahan BTN terutama KPR subsidi masih mampu tumbuh 7,7% secara tahunan.
Adapun, di tahun 2021 secara total kredit, Bank BTN menargetkan pertumbuhan sekitar 7%-9%.
Selain dari inisiatif digital, Bank BTN selaku ujung tombak Program Sejuta Rumah juga telah mendapat tugas baru dari pemerintah. Salah satunya lewat penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun 2021 senilai Rp 8,73 triliun. Dana tersebut akan disalurkan perseroan melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi konvensional senilai Rp 7,76 triliun dan KPR subsidi syariah senilai Rp 965 miliar. Bank BTN tentunya berharap, lewat upayanya mendorong sektor perumahan, pemulihan ekonomi bisa mulai terakselerasi.
Dominasi pangsa pasar Bank BTN di sektor perumahan ini pun mendapat pengakuan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Wakil Menteri (Wamen) II BUMN Kartika Wirjoatmodjo membenarkan kalau modal modal Bank BTN cukup kuat untuk bertahan di sektor pembiayaan properti tanpa perlu berubah menjadi bank yang universal.
Pria yang akrab disapa Tiko ini juga menilai, melalui pertumbuhan segmen perumahan dan customer based yang bisa digarap dari value chain perumahan, Bank BTN dipastikan masih bisa tumbuh dan besar serta menjadi bank yang sehat dengan kapitalisasi pasar yang jumbo.
“Dalam periode recovery ini, selain memperbaiki kualitas kredit dan funding, kita juga bisa membangun transaction business yang kuat dimulai dari value chain mortgage yang menjadi core competence dari Bank BTN,” kata Tiko, belum lama ini.
Baca Juga: BTN kerjasama dengan Kementerian PUPR salurkan KPR BP2BT
Sektor perumahan dan properti memang selalu menjadi andalan penggerak pertumbuhan ekonomi negara. Sebab, ada sekitar 172 sektor turunan properti yang bisa kembali bergairah, apabila geliat peningkatan bisnis mulai bergerak.
Hal ini juga ditangkap oleh regulator. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso sudah mengisyaratkan kalau pihaknya akan mengeluarkan relaksasi aturan penyaluran pembiayaan di sektor properti.
Dia menjelaskan di sektor properti masih bisa diberikan relaksasi penyaluran kredit, terutama untuk perumahan dengan harga murah. Keringanan berupa penurunan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) masih bisa diturunkan secara temporer.
Tentu hal ini bisa memberikan ruang ekspansi perbankan di sektor perumahan dan properti menjadi lebih terbuka di tahun 2021.
Di samping itu, Pengamat Properti sekaligus CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menilai, sektor properti sudah mengalami tujuh tahun cuti sejak mengalami lonjakan tren pada pada 2009 hingga 2012 silam.
Sejatinya, sejak awal tahun 2020 lalu Ali menyebut properti sebenarnya mulai alami kenaikan hanya saja lantaran pandemi Covid-19 kembali melambat.
Namun usai pandemi berakhir, diprediksi sektor properti akan kembali pada jalur cepat bahkan melesat terutama pada 2022.
"Saya perkirakan mungkin di akhir 2021 itu baru mulai properti bergerak dan 2022 mulai naik. Diperkirakan tahun 2022 akan naik kencang," kata Ali.
Selanjutnya: BUMN berharap BTN dapat menjadi lokomotif pemulihan ekonomi nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News