kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kredit produktif masih jadi batu sandungan bagi BPD


Minggu, 14 Januari 2018 / 17:04 WIB
Kredit produktif masih jadi batu sandungan bagi BPD
ILUSTRASI. Obligasi Bank Sumut


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD) mengatakan mayoritas penyumbang non performing loan (NPL) berasal dari kredit produktif.

Benar saja, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BPD mencatat realisasi kredit produktif sebesar Rp 116,8 triliun atau naik 9,93% di Oktober 2017. Sedangkan NPL kredit produktif disumbang oleh dua segmen, yakni modal kerja dengan NPL 9,7% dan investasi dengan NPL 7,58%.

Misalnya saja PT Bank Sumut yang mengatakan dari total NPL akhir tahun 2017 yang mencapai 4,39% mayoritas berasal dari kredit produktif. Direktur Utama Bank Sumut Edie Rizliyanto bilang, saat ini porsi kredit produktif di Bank Sumit berada di kisaran 37%. Sebagian besar merupakan segmen korporasi berjenis kredit sindikasi.

"Memang benar di BPD banyak NPL dari kredit produktif, kesalahannya kebanyakan karena masalah pengalaman," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/1).

Untuk tetap menekan laju NPL kredit produktif, Bank Sumut akan melakukan sinergi dengan bank-bank lain. Bentuk sinerginya antara lain berupa peminjaman dana alias bilateral loan maupun kredit sindikasi.

Dengan strategi ini, ke depan Bank Sumut berharap dapat memperbesar porsi kredit produktif di level 40% di tahun 2018. "Targetnya bertahap untuk kredit produktif menjadi 40%, selanjutnya 50%," ujar Edie.

Sementara PT Bank Pembangunan Daerah Tbk (Bank Banten) justru menyebut bakal mengurangi besaran porsi kredit konsumtif.

Direktur Utama Bank Banten, Fahmi Bagus Mahesa beralasan, tahun ini pihaknya akan lebih fokus menyalurkan kredit di segmen konsumer. Catatan saja, sampai dengan Desember 2017 porsi kredit Bank Banten merupakan 70% kredit produktif dan 30% konsumtif terdiri dari mikro dan komersial.

Sementara untuk menekan laju NPL, pihaknya akan tetap meningkatkan penagihan baik menggunakan sumber daya manusia (SDM) bank maupun bekerja sama dengan pihak ketiga.

Hal ini dilakukan, lantaran ada beberapa cabang Bank Banten yang ditutup serta sedang gencarnya restrukturisasi kredit yang dilakukan Bank Banten. Pun, NPL Bank Banten banyak disumbang dari segmen mikro limpahan dari bank sebelumnya yakni Bank Pundi.

"Tahun ini kami memperbesar kredit konsumer, karena potensi kredit pegawai ASN Pemprov Banten cukup besar," ujarnya.

Nantinya, Fahmi menyebut porsi kredit produktif akan dijaga di level 50% dan sisanya merupakan konsumtif. Sekadar gambaran saja, sampai dengan kuartal III tahun lalu NPL Bank Banten masih cukup besar yakni mencapai 5,78% atau turun 22 basis poin (bps) secara year on year (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×