Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi pertumbuhan kredit pertambangan akan membaik pada semester 2 2017. Hal ini seiring dengan mulai pulihnya harga beberapa barang tambang.
Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK mengatakan pertumbuhan kredit pertambangan sudah mulai bagus. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan kredit tambang semeser 1 2017 yang sudah mulai tumbuh 1,25% secara tahunan atau year on year (yoy).
"Kredit tambang sudah mulai bagus," ujar Wimboh ketika ditemui di kompleks Kementerian Koordinator Perekonomian, Jumat (18/8).
Menurut Wimboh, saat ini kondisi perusahaan tambang sudah mulai stabil dalam hal keuangan. Dari sisi bankir, perbankan juga sudah banyak melakukan restrukturisasi kredit sehingga diharapkan pada semester 2 bank sudah banyak menyalurkan kredit baru.
Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaam Bank Mandiri mengaku sudah mulai banyak menyalurkan kredit ke sektor pertambangan.
Bahkan Bank Mandiri dikabarkan telah menyalurkan kredit pertambangan ke dua perusahaan besar yaitu pertama PT Golden Energy Mine sebesar US$ 50 juta atau Rp 666 miliar. Kedua adalah kredit ke PT Borneo Indobara senilai US $ 65 juta atau Rp 866 miliar.
Namun Rohan belum memastikan terkait penyaluran kredit tambang ke dua perusahaan tersebut. "Kredit sektor tambang seperti minyak dan kelapa sawit sekarang kami lihat siklusnya sedikit naik," ujar Rohan menjawab pertanyaan KONTAN, Jumat (18/8).
Menurut Rohan meskipun harga sektor tambang sudah mulai naik, Mandiri tetap menerapkan manajemen risiko yaitu pengecekan dan pemilhan sektor yang masibh prospektif.
Selain itu sebelum melakukan penyaluran kredit tambang, bank berkode B!RI ini juga melihat kondisi keuangan dan melihat potensi tiap perusahaan.
Menurut Rohan, ada dua industri yaitu pertambangan minyak gas dan mineral yang masih akan mempunyai prospek yang bagus pada semester 2.
Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA juga mengatakan walaupun harga komoditas sudah mulai naik, namun bank masih mempertimbangkan faktor risiko sebelum masuk ke sektor tambang.
"Kami belum berani (banyak masuk) ke sektor tersebut," ujar Jahja kepada KONTAN, Jumat (18/8).
Sampai semester 1, secara industri perbankan, kredit tambang tercatat sebesar Rp 122,4 triliun. Kredit tambang tercatat menyumbang 6,6% dari total kredit perbankan.
Dari sisi kualitas kredit, NPL tambang masih cukup tinggi yaitu sebesar 7,84% atau lebih tinggi dari periode sama 2016 sebesar 6,28%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News