CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Krisis Eropa mengancam industri asuransi


Selasa, 20 Desember 2011 / 07:53 WIB
Krisis Eropa mengancam industri asuransi
ILUSTRASI. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mendapat dividen dari anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) senilai Rp 523 miliar Foto: Dok.Protelindo


Reporter: Christine Novita Nababan, Havid Vebri | Editor: Edy Can

JAKARTA. Krisis Eropa dan Amerika Serikat (AS) berpotensi memukul bisnis asuransi di kawasan tersebut. Beberapa perusahaan asuransi top di Eropa terancam mengalami penurunan (downgrade) rating dari lembaga peringkat S&P. Saat ini, S&P masih mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam mengembalikan dana.

Setidaknya, terdapat 15 perusahaan asuransi top asal Eropa yang mendapat peringatan bakal mengalami penurunan credit ratings. Allianz, Aviva, AXA dan Generali, masuk di antara daftar 15 perusahaan asuransi yang terancam downgrade rating Kebetulan, ke empat raksasa asuransi Eropa itu memiliki anak usaha di Indonesia.

Alhasil, kekhawatiran efek krisis global merangsek ke industri asuransi tanah air kian membuncah. Kendati begitu, para pelaku industri asuransi Indonesia optimistis, bisnis asuransi tetap tumbuh pesat. Optimisme ini berdasarkan kondisi perekonomian nasional, yang diperkirakan masih tetap cerah hingga tahun depan.

Chief Executive Officer Generali Indonesia, Edy Tuhirman memastikan, ancaman downgrade terhadap induk usaha tidak akan mempengaruhi bisnis Generali Indonesia. Apalagi, rasio kecukupan modal alias risk based capital (RBC) Generali jauh di atas ketentuan. Per Desember 2011 mencapai 556%.

Tetap mampu tumbuh

Bahkan, pertumbuhan bisnis perusahaan di kuartal III-2011 melejit dua kali dari kuartal II-2011. “Klompok usaha kami sudah berusia 200 tahun. Krisis Eropa bukan yang pertama atau kedua kali, pengalaman kami sudah banyak. Tak perlu khawatir,” tegas Edy, Senin (19/12).

Deputi Presiden Direktur Aviva Indonesia, Albert Wanandi menyampaikan hal senada. Menurut dia, apa yang terjadi dengan Aviva di Eropa, tidak sertamerta berdampak terhadap bisnis Aviva di Indonesia. Meskipun masih tergabung dalam kelompok usaha yang sama, permodalan perusahaan asuransi jiwa patungan yang berbasis di Inggris ini tetap tercatat berbeda.

Menurut Albert, tekanan bisnis Aviva di Eropa, merupakan refleksi atas kondisi ekonomi tempat perusahaan itu berkiprah. “Sebagian besar, mungkin semua perusahaan asuransi, khususnya yang memiliki eksposur dengan Eropa akan terkena dampak. Tetapi, kelompok usaha kami akan mengantisipasi hal ini,” tutur dia.

Albert tetap optimitis, bisnis Aviva di Indonesia bakal tumbuh. Untuk menggejot bisnis tahun depan, perusahaan asuransi jiwa ini akan mengembangkan kanal-kanal distribusi alternatif, seperti bancassurance, asuransi kumpulan dan memberikan produk tepat dan pelayanan yang baik.

Sekadar mengingatkan, ancaman penurunan rating perusahaan asuransi tadi, terkait juga dengan peringatan S&P sebelumnya terhadap peringkat utang jangka panjang 15 negara di Zona Euro, yang kemungkinan juga mengalami penurunan peringkat.

Semua peringkat tergantung dari hasil review negara Zona Euro. Di jangka panjang, peringkat kredit perusahaan asuransi ini bisa saja terpangkas satu atau dua tingkat. Jadi, tak ada salahnya sedia payung sebelum hujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×