Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dessy Rosalina
DENPASAR. Kendati menyandang predikat sebagai negara agraris, selera perbankan terhadap sektor pertanian belum tinggi. Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kucuran kredit ke sektor pertanian dan kehutanan mencapai Rp 191,80 triliun per Mei 2014.
Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 26,22% dibandingkan Mei 2013 (year on year) yang mencapai Rp 151,95 triliun. Meski tumbuh dobel digit, porsi kredit pertanian dan kehutanan masih mini yakni 5,59% dari total kredit perbankan yang mencapai Rp 3.429,68 triliun.
Sunarso, Direktur Comercial dan Bussines Banking Bank Mandiri menyatakan, porsi penyaluran kredit agrikultur memang masih sedikit. Hingga akhir semester I tahun ini, kredit pertanian Bank Mandiri sebesar Rp 62,64 triliun atau 12,7% dari total kredit sebesar Rp 485,8 triliun.
Bank Mandiri fokus mengucurkan kredit ke bisnis kelapa sawit, yakni sebesar Rp 54,63 triliun. "Potensi kredit pertanian bagus tapi skala usaha petani kecil sehingga bank tidak bisa mengucurkan kredit terlalu besar,” kata Sunarso, Kamis (21/8)
Sebagai gambaran, saat ini luas usaha petani tradisional kurang dari luas ideal yakni dua hektare. Skala usaha minim inilah yang diperhitungkan bank sebagai risiko kredit bermasalah atau non performing loan.
Setali tiga uang, kredit pertanian Bank BNI sebesar Rp 23,08 triliun atau 8,86% dari total kredit BNI yang mencapai Rp 257,52 triliun. “Bank bisa gencar menyalurkan kredit pertanian asalkan bukan untuk pertanian tradisional. Pertanian kita harus dikelola oleh industri besar,” kata Gatot Murdiantoro Suwondo, Direktur Utama Bank BNI.
BNI dan Bank Mandiri optimistis terhadap masa depan kredit perbankan. Asalkan, pemerintah turut campur tangan dan mengubah sektor pertanian menjadi industri besar yang terintegrasi dengan industri pengolahan. “Pemerintah harus memperluas lahan terutama di luar Jawa,” ujar Sunarso.
Catatan saja, kredit sektor pertanian menempati posisi tiga besar kucuran kredit perbankan berdasarkan sektor. Hingga akhir Mei 2014 lalu, rasio kredit bermasalah (NPL) kredit pertanian mencapai Rp 3,75 triliun atau 1,9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News