Reporter: Mona Tobing | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perusahaan pembiayaan yang fokus di kredit alat berat atau sewa guna usaha kejatuhan durian pada awal tahun ini. Mereka mampu mengantongi untung yang besar dibandingkan periode sebelumnya (lihat tabel). Nasib multifinance alat berat jauh lebih bagus dibandingkan perusahaan pembiayaan di sektor kredit konsumsi.
Anthony Muljanto, Direktur Buana Finance berkata, perkembangan sektor rill Indonesia yang pesat mendorong pembiayaan alat berat. Itu terutama industri pertambangan dan perkebunan yang terus ekspansi pada tahun ini. "Kebutuhan alat berat semakin banyak," kata Anthony, Selasa (8/5).
Bank Indonesia (BI) mencatat, sepanjang kuartal I 2012 pembiayaan baru di sektor alat berat mencapai Rp 17,83 triliun. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan kredit konsumsi yang selama ini tumbuh tertinggi, hanya ada kredit baru Rp 5,9 triliun.
Anthony menambahkan, pemain pembiayaan alat berat juga tidak sebanyak multifinance kendaraan bermotor. Tak heran, tingkat persaingannya pun rendah sehingga margin yang masuk ke kantong perusahaan pun masih besar.
Tercatat, total pendapatan usaha Buana Finance mencapai Rp 136,75 miliar, tumbuh 72%. Dari jumlah itu, pembiayaan alat berat berkontribusi paling besar mencapai Rp 94,78 miliar, tumbuh hampir dua kali lipat.
BFI Finance Indonesia yang juga pemain di sektor sewa guna usaha mensyukuri tingginya kredit alat berat. Kinerja pembiayaan alat berat bisa menutupi bisnis pembiayaan konsumen yang stagnan pada periode ini. "Sekarang debitur di alat berat sudah mencapai 1.500 perusahaan, tiap tahun bisa bertambah 10%-20%," kata Yoga Aryanto, Assistant Vice President BFI Finance.
Menjual surat utang
Cornelius Henry, Direktur BFI Finance, meyakini, permintaan alat berat akan terus naik pada periode mendatang. Aryo mengatakan, total pembiayaan alat berat pada tahun ini bisa menembus angka Rp 1,5 triliun. "Bulan April ini, kredit alat berat ada penambahan sekitar Rp 50 miliar," kata Aryo.
Oleh karena itu, untuk mendukung pembiayaan tersebut manajemen menerbitkan surat utang berkelanjutan sebesar Rp 1,2 triliun, kemarin. Pada tahap pertama, BFI menjual obligasi senilai Rp 500 miliar dengan kupon 7%-9% dan tenor 1-3 tahun. Obligasi selanjutnya akan terbit pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News