CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.343.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.729   -36,00   -0,21%
  • IDX 8.407   44,65   0,53%
  • KOMPAS100 1.165   5,83   0,50%
  • LQ45 849   5,46   0,65%
  • ISSI 293   1,52   0,52%
  • IDX30 443   2,43   0,55%
  • IDXHIDIV20 514   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,83   0,64%
  • IDXV30 136   0,12   0,09%
  • IDXQ30 142   1,06   0,76%

Bunga Kredit Masih Sulit Turun Meski BI-Rate di Level Terendah, Ini Pemicunya


Rabu, 19 November 2025 / 21:57 WIB
Bunga Kredit Masih Sulit Turun Meski BI-Rate di Level Terendah, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Uang beredar: Teller menghitung uang di Bank Mega, Jakarta, Selasa (12/3/2024). Bank Indonesia telah menurunkan BI-Rate, namun bunga kredit perbankan sulit turun. Gubernur BI dan ekonom mengulas penyebab dan solusinya.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai upaya terus dilakukan oleh berbagai pihak untuk menurunkan bunga kredit. Nyatanya, hal tersebut tak cukup membuat perbankan bisa menurunkan bunga kreditnya secepat yang diinginkan.

Upaya paling nyata adalah langkah Bank Indonesia (BI) yang sudah menurunkan bunga acuan atau BI-rate sebesar 150 basis poin (bps) sejak September 2024 yang lalu. Kini, posisi BI-rate sudah berada di level 4,75% yang merupakan level terendah sejak tahun 2022.

Hasilnya, bunga kredit belum juga turun kencang seperti yang diharapkan. Posisi Oktober 2025, BI mencatat bunga kredit perbankan sebesar 9%. Sebagai perbandingan, pada September 2024, bunga kredit perbankan sebesar 9,21% yang artinya hanya turun 21 bps.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa salah satu penyebab dari sulitnya penurunan bunga kredit itu adalah bunga deposito yang juga susah turun.

Baca Juga: Bank Indonesia Masih Buka Opsi Pemangkasan BI-Rate, Ini Pertimbangannya

Di mana, ketika BI-Rate sudah turun 125 bps di tahun ini, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun sebesar 56 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,25% pada Oktober 2025.

Dampaknya, pertumbuhan kredit perbankan juga semakin tumbuh melambat dan menjauhi target BI yang ada di kisaran 8%  hingga 11%. Per Oktober 2025, BI mencatat kredit perbankan hanya tumbuh 7,36% YoY, melambat dari 7,70% YoY pada bulan sebelumnya. 

“Permintaan kredit yang belum kuat dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih menahan ekspansi (wait and see), optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi,” ujar Perry, Rabu (19/11/2025).

Adapun, salah satu masalah yang kerap disorot oleh BI kenapa suku bunga kredit dan deposito susah turun adalah adanya deposan-deposan besar yang meminta special rate. Ia merinci pemilik-pemilik dana besar tersebut antara lain kementerian, perusahaan BUMN hingga swasta.

Sebagai solusinya, Perry bilang pihaknya sudah membawa masalah ini ke dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Dalam rapat tersebut, ia menjelaskan bahwa sudah ada kesepakatan dengan meminta para deposan besar untuk menurunkan permintaan special rate.

Baca Juga: BI Rate Tetap 4,75%, Berikut Pernyataan Lengkap Gubernur BI

“Ini sudah terjadi tapi memang belum penuh dan masih bisa diturunkan kembali,” jelas Perry.

Hanya saja, jika menilik catatan BI beberapa bulan sebelumnya, kontribusi deposito dengan special rate justru bertambah. Per Oktober 2025, pemberian special rate kepada deposan besar yang mencapai 27% dari total DPK bank. Pada Agustus 2025, deposan besar ini hanya sekitar mencapai 25% dari total DPK bank. 

Lebih lanjut, Perry bilang jika memang masalah special rate ini bisa terselesaikan, maka ada potensi bunga deposito turun dan akhirnya berdampak pada bunga kredit.

Hanya saja, ia mengingatkan bahwa bunga deposito ini tidak menjadi satu-satunya penentu bunga kredit karena bank juga punya margin risiko dan biaya overhead.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi pun mengungkapkan bahwa meski terkesan lambat, saat ini proses transmisi suku bunga acuan ke bunga kredit tengah berlangsung. Meskipun, ia mengakui bahwa penurunannya belum sesuai target pemerintah.

Ia bercerita bahwa dari penurunan BI-rate yang sebesar 150 bps, pemerintah menargetkan bunga kredit itu bisa turun sekitar 45 bps. Batara pun melihat sudah arah penurunan bunga kredit sudah sejalan dengan target tersebut.

“Transmisi sudah bergerak ke arah yang lebih baik, tetapi masih belum mencapai target pemerintah sebesar 30% dari total penurunan BI rate,” kata Batara.

Sementara itu, Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan bilang saat ini pihaknya sudah menurunkan bunga kredit secara keseluruhan sebanyak 20 bps. Meskipun, ia menilai ada tantangan di mana seharusnya bunga kredit turun karena ada penurunan beban pendanaan.

Baca Juga: Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga 4,75% Pada November 2025

Selain itu, Ia menjelaskan saat ini bank juga dihadapkan pada kondisi di mana bunga kredit harus turun meskipun bunga simpanan belum turun. Alasannya, ada persaingan antar bank untuk memperebutkan debitur dengan tawaran bunga kredit yang murah.

“Kalau tidak di adjust turun akan di take over ke bank lain yang mempunyai funding murah,” ujar Steffano.

Oleh karenanya, Steffano menegaskan pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin agar bisa menurunkan lagi bunga kredit di Maybank. Bahkan, ia menargetkan secara realistis bunga kredit di Maybank masih bisa turun sekitar 30 bps lagi sampai akhir tahun.

“Ekspektasi kebanyakan nasabah tentunya suku bunga kredit serendah-rendahnya sedangkan suku bunga funding setinggi-tingginya,” jelasnya.

Senior Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani pun berpendapat bahwa memang perlu waktu agar bank bisa menurunkan bunga kredit. Di mana, kondisi bunga simpanan saat ini juga belum turun terlalu banyak.

Baca Juga: BI Rate Diramal Turun ke 4,50%, Simak Penjelasan Ekonom

Adapun, salah satu yang menjadi angin segar saat ini adalah penempatan dana pemerintah di bank-bank milik negara. Menurutnya, itu bisa menjadi pemantik di mana perbankan bisa menurunkan bunga simpanannya dan berdampak pada bunga kredit.

“Nah dari penempatan dana tersebut kita lihat nanti harusnya sudah bisa terlihat dampaknya dua bulan kemudian, berarti akhir tahun ini,” pungkasnya.

Selanjutnya: Platform Global Menguat, Kedaulatan Digital Negara Semakin Terdesak

Menarik Dibaca: 12 Cara Simpel Agar Dapur Anda Lebih Nyaman, Fungsional, dan Bikin Betah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×