Reporter: Dityasa H Forddanta |
JAKARTA. Krisis Eropa dan sejumlah kebijakan regulator menyebabkan sebagian besar perusahaan sekuritas berkinerja melempem. Namun, tetap ada perusahaan yang mencatatkan kinerja apik. Mereka berhasil mengantongi pertumbuhan laba secara pesat.
Memang, tahun ini menjadi periode yang menyulitkan perusahaan sekuritas. Krisis Eropa menjadikan pergerakan saham lambat, sehingga proyek penjaminan emisi atau penerbitan obligasi atau penawaran saham lesu.
Belum lagi, sejak Februari 2012, berlaku pemisahan rekening investor pasar modal dengan perusahaan sekuritas. Kebijakan tersebut diyakini menghapus akun ganda investor ritel maupun investor korporasi. "Aturan uang muka kredit kendaraan di multifinance juga melemahkan industri itu sehingga penerbitan obligasi tambah sepi," kata Rayendra L. Tobing, Direktur Indo Premier Securities, Rabu (7/11).
Hanya saja, banyaknya hambatan tersebut malah menjadi cambuk bagi sejumlah perusahaan sekuritas sehingga mampu berkinerja apik. "Kendala bisnis pasti ada, tapi kami mengoptimalkan semua lini bisnis yang ada," kata Ratih D. Item, Direktur Utama Sucorinvest Central Gani.
Manajemen Sucorinvest mengandalkan strategi cross selling, yakni setiap divisi bisa memasarkan produk dari divisi lain. Manajemen juga menggaet kembali investor trading saham yang selama ini pasif agar lebih aktif bertransaksi.
"Kami juga menambah layanan online trading mulai Mei lalu," tambah Ronaldi Bayu Wibowo, Head of Online Trading Sucorinvest. Layanan online mampu menambah investor menjadi 250 akun hingga Oktober 2012.
Walhasil, total transaksi saham pun meningkat, menjadi RP 3,03 triliun hingga akhir kuartal III, tumbuh 48% dibanding periode sama tahun lalu. Komisi di sektor ini juga naik 33% menjadi Rp 10,9 miliar, sehingga laba tumbuh melesat 266,26%.
Pertumbuhan laba yang tinggi juga terjadi di Evergreen Capital. Ia mengantongi laba sekitar Rp 16,7 miliar per 30 September 2012, tumbuh 718,62% dari periode sama tahun lalu. Sayang, Rudi Utomo, Direktur Utama Evergreen enggan memberi penjelasan.
Berdasarkan laporan keuangan, melonjaknya laba karena melesatnya keuntungan atas perdagangan efek dari sekitar Rp 924 juta menjadi Rp 18,55 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News