Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju non performing loan (NPL) bank-bank besar terus meningkat di tengah pandemi Covid-19. Per Agustus 2020 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat secara industri NPL telah naik sebanyak 60 basis poin (bps) secara year on year (yoy) menjadi 3,2%.
Sejumlah bank yang sudah memaparkan kinerja pun juga mengalami nasib serupa. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang mencatat NPL gross ada di level 1,9% naik 0,3% secara tahunan di akhir kuartal III 2020. Walau begitu, kalau dilihat secara kuartalan, sejatinya NPL BCA justru menyusut dari periode kuartal II 2020 sebesar 2,1%.
Paham akan tren risiko kredit yang sedang naik, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menjelaskan kalau pihaknya memang terus menjaga tingkat kredit bermasalah di level yang memadai. Salah satunya dengan terus memupuk biaya pencadangan yang cukup.
"BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp 9,1 triliun meningkat sebesar Rp 5,6 triliun atau naik 160,6% yoy, sejalan dengan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (27/10).
Baca Juga: BNI Syariah targetkan baki debet kartu pembiayaan Rp 360 miliar hingga akhir tahun
Benar saja, kalau melihat paparan kinerja perseroan. BCA memang punya rasio pencadangan yang sangat tinggi yakni mencapai 243,5% per akhir kuartal III 2020. Posisi itu meningkat sebanyak 79,7% kalau dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. "Di tengah tantangan yang dinamis saat ini, kami akan berupaya untuk menjaga NPL tetap berada di level aman," imbuhnya.
Begitu juga dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang mencatatkan NPL di akhir September 2020 ada pada posisi 3,3%. Posisi tersebut mengalami peningkatan cukup besar sebanyak 2% dari periode setahun sebelumnya yang ada di level 1,3%.
Sejalan dengan peningkatan NPL tersebut, bank berlogo 46 ini juga terus memupuk biaya pencadangan cukup jumbo hingga menembus 206,9% per kuartal III 2020. Rasio tersebut bisa dibilang merupakan yang paling tinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Antara BNI, Mandiri dan BCA, siapa yang punya kinerja paling baik di tengah pandemi?
Direktur TI dan Operasional Bank BNI Y.B. Hariantono menjelaskan ke depan pihaknya akan terus menjaga prinsip kehati-hatian guna menggawangi laju NPL. "Kami akan lakukan pertumbuhan secara selektif dan prudent dengan memperhatikan track record debitur," katanya Selasa (27/10).
Di sisi lain, pihaknya juga menyebut akan terus memonitor kredit bermasalah sambil membentuk pencadangan yang cukup.
Adapun, bila merujuk pada presentasi perusahaan Bank BNI target NPL di tahun ini akan dijaga pada kisaran 3,6% sampai 4,5% paling tinggi. Sebagai gambaran, NPL paling tinggi BNI antara lain disumbang oleh segmen korporasi dan komersial (menengah) yang per kuartal III 2020 tercatat masing-masing 2,9% dan 8,4%. Keduanya meningkat dari periode setahun sebelumnya masing-masing 1,9% dan 4,1%.
Bank besar lainnya yang juga sudah memaparkan kinerja yaitu PT Bank Mandiri Tbk. Dalam presentasinya, Bank Mandiri pun mencatatkan NPL pada sembilan pertama di tahun 2020 ada pada posisi 3,28%. Posisi tersebut meningkat 80 bps dibandingkan periode setahun sebelumnya.
Baca Juga: Kinerja masih tertekan, ini rekomendasi saham-saham perbakan
Sama dengan kebanyakan bank lain, bank berlogo pita emas ini pun juga membentuk pencadangan lebih besar di kuartal III 2020 ini. Tercatat rasio pencadangan Bank Mandiri saat ini sudah ada di level 205,15% meningkat 52,92% secara tahunan.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin memproyeksi posisi NPL di akhir tahun 2020 bisa lebih terjaga pada kisaran 3%-4%. "Biaya pencadangan tetap akan kami dorong dengan kebijakan yang konservatif. Terutama untuk kredit yang direstrukturisasi," jelasnya.
Selanjutnya: Menurut OJK, begini dampak kasus gagal bayar asuransi bagi industri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News