Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah BPJS Ketenagakerjaan melakukan akumulasi saham, terutama sektor perbankan, dinilai mampu menahan tren penurunan yang terjadi pada saham big banks. Mengingat, tren koreksi di saham bank-bank besar ini belum usai.
Sebagai gambaran, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling dalam mengalami koreksi harga. Di mana, saham bank berlogo pita emas ini telah turun hingga 28,95% sejak awal tahun menjadi Rp 4.050 per saham.
Contoh lainnya, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang harganya telah turun sekitar 22,48% sejak awal tahun menjadi Rp 7.500 per saham. BBCA pun juga sempat menyentuh harga penutupan terendah di level Rp 7.250 per saham.
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila mengungkapkan langkah yang dilakukan lembaga seperti BPJS Ketenagakerjaan bisa menopang harga saham bank, setidaknya untuk jangka pendek hingga menengah.
Baca Juga: Saham Bank-Bank Besar Masih Menarik, Cermati Rekomendasi Analis
Namun, ia bilang investor tetap perlu memperhatikan dari sisi investor asing. “Asing yang masih net sell dampaknya juga sangat besar ke saham-saham perbankan ini,” ujar Indy, Jumat (17/10).
Ia pun menilai strategi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan sekarang bisa dibilang cukup tepat untuk jangka panjang. Mengingat, saham perbankan sedang dalam valuasi murah lalu yang diharapkan ke depannya pertumbuhan kredit juga akan meningkat.
“Harga saham walaupun ada koreksi sekarang namun memang ini langkah cukup baik untuk jangka panjang dengan pemantauan kondisi laporan keuangan kuartalan juga,” tambahnya.
Sependapat, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan berpandangan jikalau lembaga dana pensiun seperti BPJS Ketenagakerjaan tidak melakukan akumulasi, bukan tidak mungkin saham-saham big banks anjlok lebih dalam.
Baca Juga: Prospek Bank Digital Semakin Cerah, Cermati Saham Pilihan Analis
Menurutnya, institusi lokal lah yang bisa menahan keluarnya investor asing. Ambil contoh saja, saham BCA sepanjang tahun 2025 ini telah mengalami koreksi cukup dalam mencapai 24,55% menjadi Rp 7.300 per saham.
Selanjutnya, BNI juga sudah mengalami penurunan sekitar 11,49% untuk jangka waktu yang sama. “BPJS Ketenagakerjaan, yang melalui aksi belinya mampu menahan koreksi saham-saham perbankan agar tidak jatuh lebih dalam,” ujar Ekky.
Ekky bilang daya tahan institusi lokal seperti BPJS Ketenagakerjaan cukup kuat karena mereka memiliki horizon investasi jangka panjang dan kapasitas dana besar yang stabil.
Penempatan dana di saham-saham bank bukan langkah spekulatif, melainkan bagian dari strategi portofolio jangka panjang.
Baca Juga: Investor Masih Menunggu Katalis Baru di Saham Perbankan
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, bilang mungkin saja penurunan harga saham saham bank besar tersebut, dianggap oleh BPJS Ketenagakerjaan sebuah kesempatan untuk melakukan akumulasi.