Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Perkuat perkembangan fintech, OJK gandeng beberapa instansi
Ia menyebut bila tidak ada Covid-19, Ia masih akan terus menempatkan dananya di P2p lending. Namun untuk saat ini, Ia masih belum bisa memutuskan untuk menambahkan dananya lantaran saat pandemi Covid-19 selesai, dampak ekonomi juga belum akan selesai.
Lender milenial lainnya, Galang Dayu Nugraha menyatakan memilih P2P lending bukan karena imbal hasil saja. Namun juga dampak sosial yang diberikan dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.
“Soalnya di P2P itu ngasih value lebih dibanding hanya sekadar investasi seperti sosial impact. Terus kalo di Amartha juga repayment tiap minggu. Jadi uangnya bisa diambil tanpa harus nunggu di akhir tenornya,” kata Dayu.
Selain itu, Ia juga bisa mendapatkan return dengan rentang 12% hingga 15%. Belum lagi Ia mengaku saat masuk di P2P lending pada 2019, Amartha memberikan berbagai promo. Ia pun merasa mendapatkan untung berlipat.
Baca Juga: Aftech: Fintech memiliki peluang untuk berinovasi
Ia menyebut telah membantu pendanaan usaha modal bagi 6 orang ibu-ibu di berbagai daerah. Meski sadar menempatkan dana di P2P lending juga ada risiko, Ia merasa nyaman dengan sistem tanggung renteng yang diterapkan oleh Amartha.
Kendati demikian, Ia mengaku untuk memasukkan dana di Amartaha dibutuhkan dana yang cukup besar mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Namun Ia sempat melihat berbagai program crowdfunding dari Amartha yang memungkinkan untuk patungan dengan orang lain.
Modalku akan terus melakukan edukasi di berbagai platform digital, seperti Instagram, Facebook, Blog, bahkan TikTok untuk menggaet segmen milenial. Sampai saat ini, persentase lender millennial di Modalku adalah sebesar 70% dari total lender.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News