Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2018 Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 175 basis poin (bps). Di tengah kenaikan suku bunga, kondisi likuiditas perbankan mengetat.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan likuiditas perbankan tecermin dari rasio kredit terhadap simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat menjadi 92,6% di penghujung 2018. Nilai ini sudah berada di ambang aturan LDR bank yakni 92%.
Data OJK hingga November 2018 mencatatkan kredit tumbuh 12,33% secara year on year (yoy) menjadi Rp 5.218,22 triliun. Sedangkan pertumbuhan himpunan dana pihak ketiga (DPK) hanya tumbuh 7% yoy menjadi Rp 5.573,38 triliun. Hal ini menyebabkan rasio likuiditas perbankan semakin lebar.
Guna mencari likuiditas jangka pendek, bank aktif melakukan transaksi di pasar uang (PUAB). Merujuk pada Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) yang diterbitkan oleh BI, per November transaksi rata-rata harian (RRH) volume transaksi seluruh tenor PUAB sebesar Rp 20,61 triliun. Nilai ini tumbuh 48,06 yoy dibandingkan posisi yang sama di 2017 hanya Rp 13,92 triliun
Volume terbesar masih didominasi dengan tenor overnight yang mencapai Rp 13,63 triliun pada November 2018. Sedangkan pada November 2017 hanya Rp 9,9 triliun. Sementara bank yang berpartisipasi pada PUAB bertambah satu bank dibandingkan pada 2017 menjadi 93 bank.
Salah satu bank yang aktif memenuhi likuiditas jangka pendek lewat PUAB adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. General Manager Divisi Tresuri BNI Legendariah menyatakan dalam PUAB, bank dengan sandi saham BBNI ini mengutamakan transaksi interbank berupa placement atau borrowing dan reverse repo atau repo.
"Transaksi PUAB tersebut dilakukan terutama untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, dengan kisaran transaksi Rp 1 triliun hingga Rp 2 Triliun setiap hari. Pada 2019, BNI masih akan melanjutkan strategi serupa dalam transaksi PUAB, yaitu untuk mengelola kebutuhan likuiditas jangka pendek," ujar Ria panggilan akrab Legendariah pada Kontan.co.id pada Kamis (24/1).
Begitupun dengan PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) juga mengaku aktif melakukan transaksi PUAB. Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto mengatakan tresuri BRI Agro cukup aktif memanfaatkan PUAB.
"Kebanyakan kami melakukan placement rata-rata 2 hingga 3 transaksi per hari dengan nilai di atas Rp 200 milyar. Hal ini menunjukkan likuiditas sangat baik dan terjaga. LDR di 2018 masih di bawah 90%, tahun ini diharapkan dijaga di kisaran 90%," ujar Agus kepada Kontan.co.id.
Lanjut Agus, pada 2019 ini, bank dengan sandi saham AGRO ini akan tetap menempatkan aset likuid dan dengan imbal hasil yang optimal. Hal ini guna memenuhi dana jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan ekspansi bisnis AGRO.
Setali tiga uang, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga aktif melakukan transaksi PUAB sepanjang 2018. Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Iman Nugroho Soeko bilang BTN bilang selain untuk pemenuhan likuiditas pihaknya juga mendulang pendapatan komisi atau fee based income setiap melakukan transaksi.
"BTN cukup aktif di PUAB, baik utk keperluan likuiditas atau banking book maupun arbitrase atau trading book. Untuk rata-rata transaksi harian belum menjadi statistik yang mandatory dilaporkan ke direksi. Yang pasti transaksinya lebih besar dari 2017 karena size banknya juga membesar sehingga banking book pasti membesar," jelas Iman.
Namun hal berbeda terjadi pada PT Bank Mayapada Internasional Tbk yang lebih suka menempatkan kelebihan likuiditas untuk surat berharga. Presiden Direktur Mayapada Hariyono Tjahjarijadi bilang volume transaksi antarbank Mayapada tidak terlalu besar karena kami lebih prioritas untuk menempatkan kelebihan likuiditas surat berharga negara (SBN).
"Perbandingan antaran PUAB dan Surat berharga negara 20% banding 80%. Tahun 2019 strateginya masih akan sama," tutur Hariyono.
Dari data OJK, penempatan dana bank di surat berharga mengalami penurunan 4,4% yoy menjadi Rp 1.003,06 triliun. Sedangkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.049,22 triliun. Asal tahu saja, repo SBN fixed rate-nya 6,99%
Merujuk ke situs Bank Sentral, rata-rata suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) yang digunakan sebagai benchmark bunga pasar uang antar bank, bunga untuk satu minggu sebesar 6,5%. Sedangkan untuk satu bulan sebesar 7,16%, untuk tiga bulan 7,4%, enam bulan sebesar 7,62%, dan 12 bulan sebesar 7,79%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News