kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Likuiditas masih tinggi, bank rajin simpan dana di SBN


Selasa, 08 Desember 2020 / 14:41 WIB
Likuiditas masih tinggi, bank rajin simpan dana di SBN
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di Bank Central Asia (BCA) BSD Tangerang Selatan./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan dana pihak ketiga (DPK) tak bikin perbankan mengurangi penempatan dana pada surat berharga negara (SBN). Kementerian Keuangan mencatat sampai 4 Desember 2020, kepemilikan SBN masih tumbuh 15,4% menjadi Rp 1.487,32 trilun dibandingkan akhir September 2020 1.288,60 triliun. 

Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Oktober 2020 tercatat melambat 0,4% (mom) menjadi Rp 6.692 triliun dibandingkan September 2020.

Penempatan dana di instrumen surat berharga masih dilakukan bank sebab penyaluran kredit juga memang masih sangat riskan. Bank Indonesia mencatat sampai Oktober 2020 pertumbuhan kredit justru terkontraksi 0,9% (yoy) makin jatuh dalam dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. 

EVP Secretariat and Corporate Communciation PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Hera F Haryn pun mengakui hal tersebut. Penempatan dana di surat berharga merupakan salah satu strategi pengelolaan likuiditas, terutama di masa pandemi. 

“Perseroan mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (8/12).

Baca Juga: Pertumbuhan DPK terkontraksi pada Oktober, nasabah tajir tarik dana di bank besar?

Apalagi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank swasta terbesar di Tanah Air ini terus tumbuh signifikan. Bahkan saat tren melemahnya pertumbuhan DPK telah terjadi pada Oktober 2020, BCA masih berhasil mencatat pertumbuhan 13,03% (ytd) menjadi Rp Rp 790,444 triliun. Sementara penyaluran kreditnya masih mencatat kontraksi 3,91% (ytd).

Adapun sampai Oktober 2020, dana yang ditempatkan BCA pada surat berharga mencapai Rp 190,321 triliun dengan pertumbuhan 2,40% (ytd) dibandingkan akhir tahun lalu. 

Pertumbuhan serupa juga dicatat oleh PT Bank BNI Syariah yang sampai Oktober telah menempatkan dana Rp 13,239 triliun dalam instrumen surat berharga dan tumbuh 57,47% (ytd).

Dana pihak ketiga entitas yang bakal begabung dengan PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), dan PT Bank Mandiri Syariah ini juga masih tumbuh 7,65% (ytd) menjadi Rp 47,120 triliun. Sementara pembiayannya masih terkontraksi 0,05% (ytd). 

“Sebagai primary dealer Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), penempatan BNI Syariah ke SBSN relatif stabil dari posisi tahun lalu sekitar Rp 6,3 triliun,” ungkap Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto. 

Meski demikian, Wahyu menaksir seiring mulai kembalinya aktivitas pelaku usaha dan ekonomi masyaraka, petumbuhan surat berharga juga masih akan tumbuh baik. Ini memang bisa jadi alternatif buat pendapatan bank sembari menunggu kondisi ekonomi benar-benar kondusif. 

Selanjutnya: DPK Bank Kecil dan Menengah Masih Melaju Meski Mulai Melambat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×