Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) belum menaikkan BI rate, namun sudah ada beberapa bank yang menaikkan suku bunga kredit. BI menilai, kenaikan suku bunga kredit tersebut terkait pengetatan likuiditas.
"Ada beberapa bank yang kondisi likuiditasnya terbatas, sehingga menaikkan suku bunganya. Kita tidak melihat adanya satu kondisi gejala yang umum," ucap Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat, (24/5).
Meski begitu, Perry melihat bahwa bisa saja bank-bank tersebut merespons bila nanti terjadi kenaikan inflasi. Padahal, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belum juga memiliki jawaban yang terang. Ini masih saja dalam diskusi antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Perihal mengetatnya suku bunga terkait likuiditas ini, PT Bank Mandiri Tbk. mengaku bahwa rasio pembiayaan terhadap simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) terus naik. Namun ini masih dalam rentang yang wajar. Direktur Utama Mandiri Budi Gunadi Sadikin menyebut, akhir tahun lalu LDR Mandiri yakni 84%.
Sedangkan bila melihat 4 bank besar di Indonesia yakni Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), LDR sudah berada di atas 95%. "Itu sesuatu yang dijaga hati-hati supaya likuiditas kita tetap bagus," ungkapnya.
Untuk menjaga likuiditas ini, Budi merasa Mandiri perlu diberi percepatan akses untuk dapat beroperasi di Singapura. Ia melihat, di sana banyak dana orang Indonesia yang bisa ditarik untuk pembiayaan penyaluran kredit di dalam negeri.
Kemudian, ia sangat setuju dengan inklusi finansial yang sedang gencar didorong BI. Budi beranggapan bahwa semakin banyak masyarakat yang masuk ke sistem perbankan, berarti bisa memperluas sumber likuiditas.
Perihal rencana kenaikan suku bunga, Budi mengaku pihak Mandiri terus melakukan pengkajian. Ini karena Mandiri menyamakan posisi dengan tiga bank besar lain. "Harus menjaga posisi likuiditas," sebut Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News