Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah tengah bank menghadapi pengetatan likuiditas. Sementara disisi lain, bank juga didorong menurunkan suku bunga baik pinjaman maupun dana pasca Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuannya. Lalu bagaimana strategi bank untuk menjaga likuiditas dan tetap bisa menjaga perolehan laba hingga ujung tahun?
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100) salah satu yang menghadapi likuiditas yang kian mengetat yang ditandai dengan rasio loan to deposit ratio (LDR) menyentuh level 96%. Untuk menjaga likuiditas, bank swasta terbesar di Tanah Air ini lebih memilih sedikit mengerem penyaluran kredit.
"Dengan ketatnya likuditas ini maka strategi kami harus memproteksi diri sendiri. Kami berharap agar pemintaan kredit tidak terlalu banyak. Sebab kalau kredit digenjot malah bahaya, bisa terjadi perang di sisi funding," kata Santoso Liem, Direktur BCA pada KONTAN, Sabtu (17/8).
Baca Juga: Geber ekspansi, BCA Syariah dan BRI Agro memperkuat modal
Sejalan dengan penurunan bunga acuan, BCA sebetulnya sudah mulai melakukan penyesuaian dengan memangkas bunga kredit terutama di sektor konsumer. Biasanya penurunan itu akan mendorong pertumbuhan permintaan kredit. Itulah sebabnya, BCA memilih mengerem.
Begitu pula dengan bunga deposito, BCA tetap melakukan penyesuaian. BCA sudah memnurunkan sekitar 25 basis poin-50 basis poin mengikuti kebijakan BI. Namun, perkiraan Santoso, bunga dana ini tidak akan turun banyak hingga akhir tahun dengan kondisi likiditas yang ketat tadi.
Baca Juga: Bank Artos (ARTO) bidik dana segar Rp 181 miliar dari rigts issue
Di samping mengerem kredit, BCA juga akan mengoptimalkan penghimpunan dana murah atau current account saving account (CASA) sebagai strategi menjaga likuiditas. Sementara untuk menjaga perolehan laba di tengah rencana penyaluran kredit yang tak terlampau agresif, BCA bakal lebih fokus mengoptimalkan perolehan pendapatan non bunga atau fee based income (FBI).