Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih terus melanjutkan program restrukturisasi kredit terhadap debitur yang terdampak pandemi Covid-19. Meski begitu sejumlah bank besar dan menengah mengakui bahwa likuiditas mereka masih aman terkendali hingga saat ini sehingga belum memanfaatkan fasilitas term repo Surat Berharga Negara (SBN).
PT Bank Panin Tbk misalnya telah merealisasikan restrukturisasi kredit sebesar Rp 18,89 triliun hingga 12 Juni 2020 dengan jumlah debitur sebanyak 9.621. Langkah restrukturisasi yang dilakukan diantaranya penurunan suku bunga, perpanjangan tenor kredit, perubahan struktur fasilitas, dan keringanan grace period.
Baca Juga: Setor tunai lewat ATM BCA mudah dan cepat, begini cara kerjanya
Meskipun sudah melakukan restrukturisasi cukup besar, namun bank ini sejauh ini tidak mengalami kendala dari sisi likuiditas. "Likuiditas Bank Panin aman terkendali," kata Herwidayatmo, Presiden Direktur Bank Panin pada Kontan.co.id, Senin (15/6).
Senada, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyebut likuiditas perseroan masih cukup sehat hingga saat ini. Hal ini seiring dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih cukup tinggi di kuartal I tahun ini yakni 13,7% year on year (YoY) menjadi Rp 941,33 triliun.
Rasio dana murah (CASA) terhadap total penghimpunan dana Bank Mandiri di kuartal I meningkat jadi 64,1% dibandingkan 62,4% pada periode yang sama tahun lalu. Loan to deposit ratio (LDR) perseroan juga terjaga di level 95%.
Baca Juga: Sampai akhir tahun, Pegadaian yakin transaksi gadai emas masih tinggi
Net Stable Funding Ratio (NSFR) juga masih tinggi berada di level 113,0 %, walaupun sedikit turun dari periode yang sama tahun lalu yakni 116,6%. Sementara Liquidity Coverage Ratio (LCR) Bank Mandiri ada di level 168,8%.
"Ini menunjukkan bahwa likuiditas Bank Mandiri masih sangat sehat," kata Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Darmawan Junaidi.
Oleh karena itu, Bank Mandiri sejauh ini belum memanfaatkan fasilitas term repo Bank Indonesia (BI) meskipun sudah melakukan restrukturisasi kredit cukup besar terhadap debitur terdampak Covid-19.
Hingga 7 Juni 2020, perseroan telah melakukan restrukturisasi kredit kepada 404.000 debitur dengan jumlah baki debet kredit sebesar Rp 99 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp 51,6 triliun berasal dari wholesale banking yakni korporasi dan komersial, sisanya dari ritel dan lain-lain.
Baca Juga: Bertransformasi jadi bank digital, berikut tiga strategi Bank Mandiri
Sementara pipeline kredit yang akan direstrukturisasi Bank Mandiri mencapai Rp 123,1 triliun lagi, dimana porsi segmen wholesale mencapai Rp 72,9 triliun dan segmen ritel Rp 50,2 triliun.
PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) juga belum memanfaatkan fasilitas term repo yang disediakan Bank Indonesia (BI). Pasalnya, menurut Sadhana Priatmadja, Direktur BWS, kondisi likuiditas perseroan masih baik-baik saja saat ini. "Sumber penguatan likuiditas BWS saat ini dari DPK dan pinjaman dari pemegang saham (Wooribank Korea)," Tandas Sadhana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News