Reporter: kompas.com | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), anggota Holding Asuransi dan Penjaminan Indonesia Financial Group (IFG), menggandeng PT Tugu Insurance mengembangkan kerja sama melalui skema co-insurance berbasis teknologi agritech.
Tujuannya adalah mendukung program ketahanan pangan nasional di sektor pertanian.
Direktur Bisnis Askrindo Budhi Novianto menjelaskan, inisiatif ini bertujuan memperkuat literasi dan inklusi asuransi di kalangan petani.
Menurut dia, asuransi pertanian penting untuk melindungi petani dari risiko gagal panen, menjaga arus kas, dan mempercepat pemulihan pascabencana.
Baca Juga: Askrindo Optimis Penempatan Dana Rp 200 Triliun ke Himbara Dorong Kinerja Penjaminan
Namun, skema asuransi konvensional masih berbasis indemnity. Artinya, klaim hanya bisa dibayar setelah verifikasi langsung di lapangan. Proses ini sering memakan waktu, berbiaya tinggi, dan rawan penyimpangan.
“Oleh karena itu, Askrindo hadir dengan pembaruan konsep produk asuransi pertanian agar sesuai dengan keadaan dan adaptif terhadap pola risiko yang berubah atas perubahan iklim, seperti skema asuransi pertanian berbasis indeks atau parametrik yang memungkinkan pembayaran otomatis berbasis data,” kata Budhi, Kamis (23/10/2025).
Ia menjelaskan, sistem parametrik membuat klaim bisa cair otomatis berdasarkan indikator tertentu, seperti curah hujan di bawah ambang batas atau hasil panen yang turun di bawah standar.
Dengan mekanisme ini, klaim menjadi lebih cepat dan efisien. Cakupan wilayah juga bisa diperluas tanpa perlu pemeriksaan individu.
“Skema ini juga menghilangkan kebutuhan verifikasi per individu petani, sehingga proses pencairan klaim menjadi lebih cepat dan biaya administrasi dapat ditekan. Meski demikian, skema ini tetap mengandung risiko yang perlu dikelola melalui perancangan indeks yang tepat serta penggunaan data berkualitas tinggi,” ujar Budhi.
Baca Juga: Dorong Ketahanan dan Pertumbuhan UMKM, Askrindo-DAI Jalin Kolaborasi
Askrindo mengembangkan sistem berbasis teknologi untuk menyederhanakan dan mendigitalisasi proses asuransi.
Upaya ini mencakup pengembangan model hybrid atau parametrik, peningkatan literasi petani, optimalisasi jaringan distribusi, serta integrasi dengan program pemerintah dan swasta.
“Harapannya, skema ko-asuransi pertanian berbasis teknologi ini diharapkan dapat mendukung visi pemerintahan Kabinet Merah Putih yang tercantum dalam Misi Asta Cita serta program-program prioritas lainnya. Kami optimis inisiatif ini akan mempermudah implementasi asuransi pertanian dan memperluas jangkauannya secara lebih efektif,” ujar Budhi.
Konsep ini membuat Askrindo terpilih sebagai runner-up dalam ajang Call for Proposal – Inclusive Insurance Challenge Fund (IICF) 2025 yang digelar oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) bersama Insurance and Risk Finance Facility – United Nations Development Programme (IRFF UNDP).
Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi padi turun 1,55 persen, dari 53,98 juta ton pada 2023 menjadi 53,14 juta ton pada 2024.
Baca Juga: Askrindo dan Bank Papua Perkuat Kerjasama di Pembiayaan dan Pembangunan Lokal
Penurunan ini berdampak langsung pada kesejahteraan petani yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.
Dibutuhkan strategi mitigasi dan adaptasi yang terintegrasi. Pengembangan asuransi pertanian menjadi salah satu langkah penting untuk memperkuat perlindungan finansial bagi petani dan menjaga stabilitas produksi pangan nasional.
Sumber: https://money.kompas.com/read/2025/10/23/192914926/lindungi-petani-dari-risiko-askrindo-perkenalkan-asuransi-pertanian-berbasis.
Selanjutnya: Simak Panduan Cerdas Pilih Deposito Bunga Tinggi dan Aman di Tahun 2025
Menarik Dibaca: Simak Panduan Cerdas Pilih Deposito Bunga Tinggi dan Aman di Tahun 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













