kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,22   7,62   0.77%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lippo lepas 70% kepemilikan sahamnya, OVO jelaskan duduk perkaranya


Kamis, 28 November 2019 / 15:53 WIB
Lippo lepas 70% kepemilikan sahamnya, OVO jelaskan duduk perkaranya
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja dengan menggunakan aplikasi QR Code OVO, Kamis (5/7). OVO angkat bicara soal pelepasan 70% kepemilikan saham Lippo di salah satu unicorn asal Indonesia ini. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Visionet Internasional atau yang lebih dikenal sebagai OVO angkat bicara soal pelepasan 70% kepemilikan saham Lippo di salah satu unicorn asal Indonesia ini. Pihak OVO mengaku yang dilakukan Lippo bukanlah melepaskan sahamnya tapi terdilusi.

Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra menyatakan OVO memang didirikan oleh Lippo. Namun layaknya start up teknologi lainnya, OVO terus mencari pendanaan atau fundrising. Langkah ini membuat terjadi perusahaan struktur pemegang saham.

Baca Juga: Anabatic Technologies (ATIC) optimistis bisa capai target penjualan Rp 6,1 triliun

“Komposisi pemegang saham jadi sangat beragam dan Lippo masih jadi pemegang saham OVO. Alasannya (Lippo) sebetulnya kan kalau investasi ada dua pilihan, ketika perusahaannya membutuhkan capital (modal) baru, maka ada dua pilihan apakah ikut menambah kepemilikan saham atau tidak ikut. Bila tidak ikut maka otomatis sahamnya terdilusi. Juga bisa pilihan exit. Itu pilihan investor,” jelas Karaniya pada acara Indonesia Digital Conference di Jakarta pada Kamis (28/11).

Ia juga menepis isu bahwa terdilusinya saham Lippo lantaran langkah OVO melakukan promosi atau bakar-bakar uang. Sebelumnya beredar kabar langkah ini turut membebani keuangan Lippo.

Karaniya menyatakan proses promosi merupakan hal yang lumrah. Ie menyebut pada dunia teknologi, bisnis modelnya baru tidak sama dengan bisnis konvensional. Sehingga dalam periode tertentu, dibutuhkan pemasaran.

Baca Juga: DIM luncurkan reksadana saham syariah baru berdenominasi dolar AS

“Dulu e-commerce awalnya juga lakukan pemasaran yang besar. Ride hailing juga gitu, sekarang karena eranya fintech jadi setiap perusahaan fintech berupaya mengedukasi publik untuk mulai menggunakan layanan fintech,” ujar Karaniya.




TERBARU

[X]
×