Reporter: Sri Sayekti | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Eximbank/Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag - Kerajaan Belanda meluncurkan buku berjudul Road to Rotterdam secara hybrid, bertempat di kantor pusat LPEI di Jakarta dan Indonesia House Amsterdam di Amsterdam pada 14 Mei 2025. Road to Rotterdam disusun oleh Economist LPEI dan Fungsi Ekonomi KBRI Den Haag, mengulas tentang peluang dan tantangan ekspor serta karakteristik pasar di Belanda.
Secara simbolis, Ketua Dewan Direktur merangkap Plt. Direktur Eksekutif LPEI, Sukatmo Padmosukarso menyerahkan buku tersebut kepada (i) Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI, Umar Hadi, (ii) Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan RI, Fajarini Puntodewi, dan (iii) Ketua Umum Indonesia Diaspora SME Export Empowerment & Development (ID SEED), Ira Damayanti.
"Buku Road to Rotterdam disusun di tengah urgensi untuk menyesuaikan strategi ekspor. Sebagaimana kita ketahui, perekonomian global diwarnai ketidakpastian yang semakin tinggi akibat perang tarif. Sehingga, upaya - upaya untuk memperluas pasar ekspor diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar Amerika Serikat (AS). Dalam kaitan ini, Belanda menjadi salah satu pasar yang kita sasar bersama” ujar Ketua Dewan Direktur merangkap Plt, Direktur Eksekutif LPEI Sukatmo Padmosukarso.
Baca Juga: Hingga Januari 2025, LPEI Telah Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar ke Industri Farmasi
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda H.E. Mayerfas yang hadir secara daring menegaskan pentingnya peran Belanda sebagai mitra dagang strategis Indonesia. Ia menyebutkan ekspor Indonesia ke Belanda mengalami peningkatan hingga double digit pada tahun 2024.
Secara konektivitas, H.E. Mayerfas menyebut sekitar 80% ekspor Indonesia ke Eropa masuk melalui Pelabuhan Rotterdam, pelabuhan terbesar di Eropa dan salah satu yang tersibuk di dunia. “Kolaborasi antara LPEI dan KBRI Den Haag dalam penyusunan buku ini diharapkan dapat menjadi referensi praktis dan memperkuat dukungan bagi eksportir untuk lebih berani melangkah ke pasar global, khususnya melalui Belanda sebagai gerbang Eropa,” kata Mayerfas.
Senior Economist LPEI, Donda Sarah Hutabarat menjelaskan dari perspektif perdagangan internasional, Belanda memiliki posisi yang strategis karena merupakan eksportir terbesar ke-4 dan importir terbesar ke-9 di dunia. Dari sisi produk, beberapa produk yang saat ini terfokus ke pasar AS seperti Pakaian Jadi, Alas Kaki, Ban Pneumatik, dan Produk Kimia sebetulnya memiliki peluang untuk masuk ke pasar Eropa melalui Rotterdam (Belanda), mengingat potensi tingginya permintaan (demand) untuk produk - produk tersebut di kawasan.
Selain itu, Belanda menjadi target pasar yang menarik, karena memiliki profil risiko yang relatif rendah, ditopang oleh faktor - faktor berikut: (i) permintaan di dalam negeri yang baik; (ii) inflasi yang perlahan melandai, (iii) kekuatan mata uang Euro, (iv) sovereign credit yang terjaga di level AAA oleh seluruh lembaga pemeringkat internasional dan (v) risiko kegagalan bayar perusahaan Belanda yang relatif rendah.
Baca Juga: BTN Bermitra dengan LPEI terkait Pengelolaan Dana Ekspor
Pada tahun 2024, nilai ekspor Indonesia ke Belanda mencapai USD 4,71 miliar, meningkat signifikan sebesar 21,72% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year). Kenaikan ini didorong oleh kenaikan ekspor sejumlah komoditas, antara lain Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (naik 22,39% yoy), Alas Kaki (naik 45,76% yoy), Mesin dan Perlengkapan Elektrik (naik 13,55% yoy), Besi dan Baja (naik 298,04% yoy), serta Kayu dan Barang dari Kayu (naik 8,55% yoy).
Sementara itu, komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Belanda sepanjang tahun 2024 meliputi Lemak dan Minyak Hewani/Nabati — khususnya Minyak Kelapa dan Minyak Sawit — yang menyumbang 14,26% dari total ekspor. Selain itu, Produk Kimia (13,23%), Alas Kaki (12,47%), Bahan Kimia Organik (7,10%), serta Ampas dan Sisa Industri Makanan (6,74%) juga menjadi kontributor penting dalam struktur ekspor Indonesia ke Belanda.
“Sejumlah komoditas Indonesia seperti (i) Produk Kimia, (ii) Lemak dan Minyak Nabati/Hewani, (iii) Alas Kaki, (iv) Residu Industri Makanan, serta (v) Mesin dan Perlengkapan Elektronik memiliki potensi besar untuk memasuki pasar Belanda. Eksportir Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan volume ekspor, mengisi celah pasar yang ada, serta mengambil bagian dalam rantai pasok global yang terhubung melalui Belanda,” kata Donda.
Maka, dalam rangka mendorong produk Indonesia menembus pasar ekspor, para pelaku usaha khususnya pelaku UMKM wajib untuk memperhatikan aspek standarisasi dan sertifikasi supaya produk dapat diterima di Belanda. Hal ini disampaikan oleh Ira Damayanti - Ketua Umum Indonesia Diaspora SME Export Empowerement & Development dalam sesi panel diskusi peluncuran buku Road to Rotterdam.
Ia menjelaskan, peluang untuk pelaku UMKM cukup besar untuk masuk ke pasar Belanda, namun produk harus memenuhi standar dan sertifikasi serta regulasi yang berlaku di Eropa. Sebagai contoh, untuk produk makanan dan minuman kemasan, pelaku usaha UMKM perlu mengetahui bahwa produk yang mengandung protein dari daging, telur dan produk yang mengandung susu (diary) tidak dapat masuk ke Eropa.
Baca Juga: LPEI Perkuat Dukungan terhadap Aturan Devisa Hasil Ekspor SDA
Untuk produk makanan-minuman ini juga diwajibkan untuk memiliki sertifikasi yang cukup tinggi untuk masuk ke pasar Eropa yang memang sangat memperhatikan kesehatan; misalnya sertifikasi HaCCP, sertifikasi organik EU atau label “gluten free”, “No MSG”, agar produk Indonesia bisa berdaya saing di pasar Eropa khususnya Belanda.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tren, demand dan selera konsumen di Eropa, khususnya Belanda yang tidak dapat disamakan dengan selera konsumen Indonesia. Cita rasa juga harus menyesuaikan selera konsumen lokal, misalnya tingkat kepedasan.
“Untuk memahami selera konsumen dan produk agar diterima, kita harus mengenalkan produk kita terlebih dahulu ke pasar Belanda dimana terdapat banyak diaspora Indonesia. Belanda dikenal sebagai pintu gerbang masuknya produk Indonesia ke Eropa, dengan banyaknya diaspora Indonesia yang bermukim di Belanda, tentu menjadi peluang besar bagi produk kita untuk menembus pasar Eropa secara lebih luas. Namun, kita juga harus menyiapkan diri dengan standarisasi dan sertifikasi yang sesuai,” ujar Ira.
Selain itu, Ira juga menyarankan pelaku usaha untuk memanfaatkan strategi trial market dengan memperkenalkan produk melalui berbagai event internasional di negara tujuan ekspor. Upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan dukungan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank, yang aktif memfasilitasi kegiatan promosi produk dalam berbagai forum internasional.
Baca Juga: Dorong Ekspor ke Pasar Non Tradisional, LPEI Kerja Sama dengan Saudi Exim Bank
Selanjutnya: BRI Manajemen Investasi Catat Pertumbuhan Dana Kelolaan 27,2% di Kuartal I 2025
Menarik Dibaca: WHO: Angka Harapan Hidup Global Turun 1,8 Tahun, Penurunan Terbesar dalam Sejarah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News