kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Makin efisien, BOPO bank syariah terendah selama 4 tahun terakhir


Minggu, 18 November 2018 / 19:31 WIB
Makin efisien, BOPO bank syariah terendah selama 4 tahun terakhir
ILUSTRASI. Bank BNI Syariah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menuju akhir 2018, industri perbankan syariah semakin efisien. Hal ini tercermin dari posisi rasio beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) bank umum syariah (BUS) yang kian menyusut.

Statistik Perbankan Syariah (SPS) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, setelah sempat berada di level 91,68% per September 2017, data terbaru BOPO BUS menurun ke 88,08% per September 2018.

Walau masih terbilang tinggi, posisi ini merupakan yang paling rendah sejak tahun 2014 silam. Hal ini antara lain, ditopang dari pertumbuhan pendapatan operasional yang naik cukup deras sebesar 12,14% year on year (yoy) menjadi Rp 26,26 triliun per September 2018.

Sementara beban operasional tumbuh lebih pelan alias hanya tumbuh 7,74% yoy menjadi Rp 23,13 triliun. Beberapa bank syariah yang dihubungi Kontan.co.id pun sepakat kalau saat ini bank syariah sudah lebih efektif dalam menjalankan bisnis.

Ambil contoh, PT Bank BNI Syariah yang per kuartal III 2018 lalu mencatatkan BOPO turun ke level 85,49% dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 87,62%.

Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati beranggapan, penurunan BOPO tersebut utamanya didongkrak dari pertumbuhan operasional yang cukup moncer sebesar 12,2% yoy. Pertumbuhan ini praktis lebih tinggi dibanding beban operasional yang berhasil ditekan atau hanya tumbuh 9,52%.

"Faktor yang memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap penurunan BOPO antara lain berupa pertumbuhan aset dengan kualitas di mana pendapatan yield/margin meningkat 12%," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (18/1).

 Di sisi lain, beban pencadangan pembiayaan dibanding tahun lalu hanya meningkat 1%. Anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ini mengatakan, sejauh ini rasio efektivitas perseroan cukup terkendali. Dus, sampai akhir tahun setidaknya BNI Syariah mematok BOPO akan tetap dijaga di level 85%.

Di samping itu, walaupun ke depan tantangan bank terutama syariah akan cukup ketat lantaran kondisi ekonomi yang tengah bangkit dibarengi dengan tren kenaikan suku bunga acuan, Dhias meyakini pihaknya masih bisa menjaga BOPO di level rendah.

Paling tidak, tahun depan BNI Syariah bakal mengupayakan BOPO maksimal dijaga di level 85%. "Untuk tahun depan, BNI Syariah dapat terus meningkatkan efisiensi dengan proyeksi BOPO kurang dari 85%," ungkapnya.

Senada dengan BNI Syariah, PT Bank BCA Syariah juga mengamini bahwa ke depan tantangan bank syariah untuk menjaga BOPO bakal lebih sulit.

Hal ini dikarenakan persaingan antar bank akan semakin sengit, untuk itu masing-masing bank dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan di perbankan yang sudah terjadi.

Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih mengisyaratkan hal tersebut pada kondisi BOPO perseroan saat ini. Sebab, per September 2018 BOPO BCA Syariah naik tipis ke level 87,96% dari tahun sebelumnya 87,76%.

John menyebut, posisi BOPO yang relatif flat dibanding tahun lalu ini dikarenakan kenaikan biaya dana yang lebih cepat dibanding penyesuaian atas margin atau bagi hasil pembiayaan perseroan.

Walau begitu, paling tidak pihaknya memprediksi di akhir tahun dan tahun depan, BOPO anak usaha milik PT Bank Central Asia Tbk (BCA) ini mampu dijaga di kisaran 80% sampai 85%.

"Terkait BOPO, kami memang masih di level 87% dan relatif flat dibanding tahun lalu. Memang kenaikan biaya dana yang lebih cepat dibanding penyesuaian atas margin/bagi hasil pembiayaan," singkatnya.

Tahun depan, BCA Syariah memandang tantangan bagi perbankan syariah untuk mendorong efisiensi bakal semakin sulit. Alasannya, seiring dengan kenaikan bunga acuan, bank diharuskan untuk meningkatkan margin bagi hasil pembiayaan guna menekan biaya dana agar tak naik terlalu tajam.

Salah satu upaya yang paling mungkin dilakukan untuk menjaga efisiensi, antara lain dengan melakukan program efisiensi operasional lewat pemanfaatan teknologi.

Belakangan ini, BCA Syariah memang tengah berupaya mengikuti perubahan digital. Salah satunya dengan mengembangkan infrastruktur serta menjalin kerja sama aliansi dengan berbagai mitra.

Kurang lebih, dana yang dianggarkan untuk kebutuhan teknologi informasi (TI) BCA Syariah tahun ini ada di kisaran Rp 10 miliar, diprediksi bakal makin tinggi tahun depan. Berbeda dengan BUS, Unit Usaha Syariah (UUS) justru semakin mantap dalam mengedepankan prinsip dual banking leverage model (DBLM) sebagai langkah efisiensi.

Terbukti, SPS OJK menunjukkan BOPO UUS terjaga di level 72,88% per September 2018 bahkan turun dari posisi tahun lalu 74,67% dan merupakan posisi terendah sejak 2014 silam.

Sama seperti BUS, hal ini dikarenakan pendapatan operasional naik lebih agresif sebesar 16,72% yoy. Sementara beban operasional hanya tumbuh 2,63% yoy.

Direktur Syariah Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) Pandji P. Djajanegara mengutarakan tahun ini pihaknya memang berupaya untuk menjaga rasio efisiensi. Setidaknya, sampai akhir tahun BOPO CIMB Niaga Syariah bakal dijaga maksimal sebesar 67%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×