kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mandiri : 2014, BI rate bakal sentuh 7,75%


Kamis, 13 Februari 2014 / 12:04 WIB
Mandiri : 2014, BI rate bakal sentuh 7,75%
ILUSTRASI. Rupiah sepekan terakhir dipengaruhi gelombang kenaikan bunga yang melanda dunia karena inflasi yang tinggi. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tim Ekonomi Bank Mandiri memperkirakan, BI rate pada tahun 2014 akan naik menjadi 7,75%. Hal ini didasarkan pada adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah seiring dimulainya tapering The Fed dan meningkatnya risiko politik menjelang dilaksanakannya Pemilu Legislatif pada April 2014 dan Pemilu Presiden pada bulan Juli 2014.

Tim Ekonomi Bank Mandiri juga memprediksi ekonomi nasional pada tahun 2014 akan tumbuh sedikit melambat ke 5,6% di 2014 dipengaruhi oleh prospek ekonomi global yang masih berfluktuasi serta dampak dari kebijakan moneter yang ketat. Selain itu, ekonomi yang sedikit melambat juga dipengaruhi oleh aliran investasi yang tidak sebesar tahun sebelumnya.

Mengutip laporan tahunan 2013 Mandiri yang dirilis Kamis (13/2), tim ekonomi Bank Mandiri juga mengatakan kondisi ekonomi global pada tahun 2014 masih diwarnai oleh beberapa risiko. Yang pertama adalah mulai dilakukannya tapering stimulus moneter The Fed akan akan berdampak kepada volatilitas pasar finansial global.

"Meski The Fed sudah menyatakan akan mempertahankan bunga rendah sampai dengan tahun 2015, namun imbal hasil surat berharga Pemerintah AS bertenor 10 tahun telah mengalami kenaikan hingga ke level tertingginya sejak Juli 2011 di atas 3%. Kenaikan tersebut menyebabkan spread antara imbal hasil obligasi Pemerintah AS dengan aset-aset emerging market mengecil sehingga mendorong aliran modal kembali ke AS. Terjadinya capital outflow tersebut turut berimbas kepada volatilitas nilai tukar mata uang emerging markets, termasuk Indonesia," katanya.

Risiko kedua adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang, terutama China. Pemerintah China cenderung melakukan kebijakan yang bersifat jangka panjang dan membiarkan pertumbuhan ekonominya melambat dalam jangka pendek. Melambatnya perekonomian China juga akan berdampak kepada emerging market lainnya seperti India dan juga Indonesia. Perlambatan pertumbuhan emerging markets menyebabkan arus modal ke kawasan tersebut terus melambat.

Tim ekonomi Bank Mandiri juga memprediksi defisit transaksi berjalan (current account deficit atau CAD) akan mencapai 3,3% terhadap PDB di akhir tahun 2013 dan menurun menjadi 2,7% di tahun 2014. Laju inflasi diprediksi akan melambat pada tahun 2014 menjadi sebesar 5,3% dari 8,4% di tahun 2013 lalu. Prediksi ini didasarkan kepada perkembangan laju inflasi terkini dan asumsi bahwa tidak ada penyesuaian harga BBM bersubsidi pada tahun 2014 mendatang.

Sementara itu tekanan terhadap rupiah kemungkinan masih akan berlanjut dengan mulai dilakukannya tapering stimulus The Fed serta menjelang diselenggarakan Pemilu tahun depan. Dengan melihat berbagai perkembangan kondisi ekonomi dan pasar finansial global maupun domestik, Bank Mandiri memprediksi rupiah pada kuartal I dan II tahun 2014 akan berada pada kisaran IDR12.100 dan IDR12.300 per USD. Rupiah kemungkinan baru akan mengalami apresiasi pada kuartal III dan IV 2014 ke level IDR11.800 dan 11.400 per USD. Hal tersebut berdasarkan asumsi bahwa penyelenggaraan Pemilu 2014 akan berjalan lancar, dan presiden terpilih sesuai ekspektasi pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×