Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Market share industri perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional secara keseluruhan masih minim di kuartal I 2015. Ini terlihat dari total aset perbankan syariah hanyalah 4,63% dari total aset perbankan nasional.
Kondisi ini tak lepas dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah yang melambat dalam beberapa tahun terakhir. Akibatnya pembiayaan perbankan syariah juga mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.
"Terlebih perbankan syariah kini memang sedang melakukan konsolidasi," kata Edy Setiady, Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Jumat (22/5).
Edy juga mengakui pertumbuhan bisnis industri perbankan syariah di Indonesia cukup lamban. Ini juga terkait dengan rencana bisnis perbankan syariah yang menjadi bagian dari grup konglomerasi jasa keuangan juga tak selalu linier.
Maksudnya, ketika induk usaha bank konvensional melakukan ekspansi bisnis cukup agresif, ini tak selalu diikuti ekspansi bisnis anak usaha yang berupa Bank Umum Syariah (BUS).
"Padahal kan mestinya tidak begitu. Akibatnya ekspansi bisnis perbankan syariah belum bisa mengimbangi ekspansi bisnis perbankan konvensional," pungkas Edy.
Berdasarkan data OJK per Maret 2015, total aset perbankan syariah baru mencapai Rp 268,35 triliun. Jumlah ini menunjukkan market share hanya 4,63% dari perbankan nasional yang mencapai Rp 5.783,99 triliun. Capaian ini sedikit lebih buruk dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Di akhir Maret 2014, total aset perbankan syariah mencapai Rp 240,91 triliun. Jumlah ini menunjukkan market share hanya 4,88% dibanding perbankan nasional yang mencapai Rp 4.932,99 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News