Reporter: Roy Franedya | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Mencetak laba besar memang jagonya perbankan Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) hingga Mei 2012, industri ini mencetak laba bersih sebesar Rp 36,36 triliun atau tumbuh 23,09% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penopang laba itu lantaran empat hal. Pertama, pendapatan bunga bersih Rp 80,01 triliun atau tumbuh 16,18% (year on year/yoy). Pertumbuhan ini berasal dari tingginya penyaluran kredit yang hingga Mei sudah mencapai angka Rp 2.403,66 triliun.
Kedua, fee based income atau pendapatan operasional non-bunga sebesar Rp 62,92 triliun, meningkat 27,6%. Perbankan menggenjot fee based untuk mengantisipasi penurunan pendapatan karena menyusutnya bunga.
Ketiga, net interest margin (NIM) masih tinggi, mencapai 5,33%. NIM tertinggi dicetak bank non-devisa sebesar 8,95%. NIM terendah dicatatkan kelompok kantor cabang bank asing sebesar 3,5%.
Keempat, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) rendah sehingga mengurangi biaya pencadangan. Hingga Mei 2012, NPL gross mencapai 2,3% sementara periode yang sama tahun lalu NPL mencapai 2,9%.
Direktur Utama Bank CIMB Niaga, Arwin Rasyid, mengatakan perbankan mampu menciptakan laba selama masih ada permintaan kredit. Maklum, sebagian besar sumber pendapatan perbankan berasal dari kredit. "GDP to kredit masih rendah, artinya peluang pembiayaan dalam negeri masih besar," ujarnya.
Pengamat perbankan Tony A. Prastiantono, mengatakan tingginya laba bank karena semakin banyak bank yang masuk ke kredit mikro. "Fee based masih dalam masa pertumbuhan sehingga kontribusinya masih rendah," ujarnya.
Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, mengingatkan bank agar tetap menjaga kehati-hatian menyalurkan kredit. Tingginya penyaluran biasanya selalu diikuti kenaikan NPL. "Kami akan mengawasi bank dengan ketat agar tidak muncul masalah di kemudian hari," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News