kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,60   5,14   0.56%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melambat di awal tahun, bank optimistis DPK akan tumbuh dua digit


Kamis, 03 Mei 2018 / 06:17 WIB
Melambat di awal tahun, bank optimistis DPK akan tumbuh dua digit
ILUSTRASI. Bank OCBC NISP


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank agaknya cukup sulit mengumpulkan dana masyarakat di awal tahun ini. Ini terlihat dari simpanan dana pihak ketiga (DPK) di bank yang tumbuh melambat di Maret 2018.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), DPK perbankan hanya tumbuh 7,66% di Maret 2018 atau lebih lambat dari Februari 2018 yang tumbuh 8,44%. Ini disebabkan pertumbuhan simpanan giro, tabungan dan deposito yang melambat

Achmad Baiquni, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) mengatakan, perlambatan pertumbuhan DPK ini disebabkan pilihan masyarakat untuk investasi dana tidak hanya di pasar uang dalam bentuk DPK, tapi juga di surat berharga.

Meski begitu, BNI masih optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan DPK dua digit di tahun ini. Proyeksi ini sama dengan realisasi DPK BNI tahun lalu yang mencapai Rp 516,1 triliun atau naik 18,5% secara year on year (yoy).

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP mengatakan, pertumbuhan DPK di OCBC NISP sampai Maret 2018 masih dua digit. "Sampai akhir 2018 pertumbuhan DPK bisa mencapai 10%-15%. Strategi untuk meningkatkan DPK adalah melakukan pembenahan produk, proses hingga delivery ke nasabah," kata Parwati.

Setali tiga uang, Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) juga menargetkan sampai akhir tahun DPK BCA bisa tumbuh hingga 10%.

Adapun Adhi Brahmantya, Direktur Keuangan, Pengembangan Bisnis & Teknologi Informasi Bank Bukopin mengatakan, pertumbuhan DPK di awal tahun melambat disebabkan karena tiga faktor.

Pertama, seiring tren penurunan suku bunga simpanan rupiah. Penyebab kedua, kebijakan OJK tentang minimum investasi di surat berharga negara (SBN) sebesar 30% untuk dana pensiun maupun asuransi sejak akhir 2017 yang juga berpengaruh terhadap simpanan ke bank.

Sedangkan penyebab ketiga, karena nasabah menahan diri seiring volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi akhir-akhir ini.

Haryono Tjahjarijadi, Direktur Utama Bank Mayapada menjelaskan, instrumen surat berharga negara yang mempunyai yield yang lebih tinggi membuat nasabah memiliki alternatif lain untuk menempatkan dananya di sana.

Sampai Maret 2018, total dana pihak ketiga Bank Mayapada yang tercatat di laporan keuangan sebesar Rp 67,440 triliun, atau meningkat 7,5% dari DPK di kuartal I 2017 yang sebesar Rp 62,63 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×