kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melongok Perkembangan Kontribusi Laba Anak Usaha Bank-Bank Besar


Minggu, 20 Februari 2022 / 17:03 WIB
Melongok Perkembangan Kontribusi Laba Anak Usaha Bank-Bank Besar
ILUSTRASI. Di 2021, kontribusi laba anak usaha bank-bank besar beragam, ada yang naik, ada yang turun dan ada pula yang merugi.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus mendorong pertumbuhan anak usahanya baik secara organik maupun anorganik untuk meningkatkan kontribusinya terhadap kinerja konsolidasi induk. Adapun di tahun 2021, kontribusi laba anak usaha bank tampak beragam, ada yang mencatatkan kenaikan, ada yang turun dan ada pula yang merugi. 

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), salah satu bank yang masih mencatatkan kenaikan kontribusi anak usaha terhadap kinerja konsolidasinya tahun lalu. Bank ini punya empat anak usaha yakni BNI Mutifinance, BNI Life, BNI Remittance, dan BNI Sekuritas yang membawahi dua anak usaha lagi yakni BNI Asset Management dan BNI Securities. 

Jumlah anak usaha ini berkurang setelah BNI Syariah merger ke PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pada Februari 2021. Berdasarkan materi paparan kinerja keuangan BNI 2021, total kontribusi anak usaha mencapai Rp 671,9 miliar atau tumbuh 14% dari Rp 589,4 miliar pada 2020. Ini terdiri dari laba setelah pajak Rp 233,8 miliar, fee based income (FBI) Rp 409,5 miliar dan dividen Rp 28,6 miliar. 

Kontribusi terbesar disumbang BNI Life yang menorehkan kenaikan laba dari Rp 86 miliar jadi Rp 158 miliar dan fee based income naik dari Rp 387 miliar ke Rp 394 miliar. Lalu disusul BNI Securities yang meraup kenaikan laba bersih Rp 31,8 miliar menjadi Rp 56,2 miliar dan fee based income naik dari Rp 1,7 miliar jadi Rp 5 miliar.

Baca Juga: Ini Posisi Lima Besar Perbankan dengan Nilai Aset Terbesar di Indonesia

Sementara, laba BNI Asset Management naik dari Rp 9,6 miliar menjadi Rp 14,8 miliar dengan fee based income meningkat dari 6,7 miliar jadi Rp 9,7 miliar. 

"Strategi BNI tahun ini, memperkuat fondasi anak usaha dalam rangka sinergi masa depan dengan Group," tulis managemen BNI dalam keterangannya, Minggu (20/2).

Sedangkan PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan penurunan kontribusi laba bersih dari anak usaha menjadi Rp 3,1 triliun di 2021. Sedangkan pada tahun 2020, kontribusinya mencapai Rp 3,8 triliun. Ini disebabkan adanya penurunan laba dari Mandiri Capital Indonesia (MCI), sedangkan anak usaha lainnya masih mencatat peningkatan laba. 

Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, Bank Mandiri akan terus mendukung pertumbuhan kinerja anak usaha baik secara organik maupun anorganik. Hanya saja, dia tidak merinci rencana anorganik apa yang disiapkan untuk anak-anak usaha Bank Mandiri tahun ini. 

Seperti diketahui, Bank Mandiri merupakan perusahaan konglomerasi besar yang memiliki 11 anak usaha. Beberapa di antaranya merupakan market leader di industri seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan Mandiri Sekuritas.

Tahun lalu, BSI mencatat kenaikan laba bersih 7% year on year (YoY) menjadi Rp 1,53 triliun dan berkontribusi 5% terhadap total laba konsolidiasi Bank Mandiri. Lalu Axa Mandiri Financial Service mencatat pertumbuhan laba 3% YoY ke  Rp 528 miliar,  Mandiri Sekuritas meningkat 86% YoY ke  Rp 376 miliar, dan Bank Mandiri Taspen naik 64% YoY jadi Rp 342 miliar. 

Sedangkan anak usaha lainnya, termasuk MCI,  hanya mencatatkan total laba bersih Rp 432 miliar atau merosot 71% YoY. Adapun di tahun 2020, MCI mencatatkan laba setelah pajak Rp 1,61 triliun.

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun lalu mencatat laba bank only Rp 32,2 triliun atau tumbuh 76% YoY. Namun, laba konsolidasi bank pelat merah ini hanya Rp 30,8 triliun atau naik 65%. Artinya, perseroan membukukan rugi Rp 1,4 triliun dari anak usahanya. 

"Laba konsolidasian lebih rendah karena salah satu perusahaan anak BRI yakni Bank Raya Tbk (AGRO) mencatat rugi sebagai dampak dari transformasinya menjadi bank digital," kata Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI kepada KONTAN, Jumat (18/2).

Aestika bilang, BRI akan terus berupaya mendorong kontribusi laba anak usaha tahun terutama setelah terbentuknya holding ultra mikro. Tahun lalu, Pegadaian menjadi penyumbang laba terbesar yakni mencapai Rp 2,42 triliun .

BRI memproyeksikan kontribusi laba perusahaan anak tahun 2022 akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Jika anak usaha membutuhkan modal untuk mendukung strategi bisnisnya, BRI tidak akan menutup kemungkinan melakukan injeksi modal.

Aestika menambahkan, BRI akan terus memperkuat sinergi BRI Group antara induk dengan perusahaan anak yang difokuskan pada tiga aspek yaitu Diversifikasi Income, Spreading Risk, dan memperkuat Customer Base.

Sinergi BRI Group dilakukan baik di bidang bisnis seperti cross selling dan joint acquisition, maupun non bisnis seperti di bidang human capital, IT dan operasional lainnya. "Seluruh resources BRI Group tersebut akan diarahkan kepada UMKM dan juga segmen yang lebih kecil yaitu segmen Ultra Mikro, serta membuat sistem yang terstruktur untuk menaikkelaskan nasabahnya secara terintegrasi," pungkasnya. 

Baca Juga: Kinerja Solid, Dividen Emiten Perbankan Besar Diproyeksi Bakal Lebih Tinggi

Adapun beberapa anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengalami pertumbuhan laba bersih. PT BCA Finance sebagai kontributor terbesar mencatatkan pertumbuhan net profit 39,5% YoY dari Rp 1,22 triliun pada 2020 menjadi Rp 1,7 triliun. PT BCA Syariah juga tumbuh sebesar 35,9% dari Rp 71,6 triliun jadi Rp 97,42 triliun. 

Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim pun mengungkapkan kinerja positif tersebut bisa berlanjut di tahun ini. Mengingat, masih ada pula stimulus PPnBM dari pemerintah yang bisa menggugah keinginan masyarakat untuk membeli mobil baru dan menekan dampak dari merebaknya varian Omicron. “kalau kondisi stabil seperti ini sampai akhir tahun, pasti akan tumbuh,” imbuh Roni.

Namun, tak semua anak usaha BCA mencatat kinerja positif. Bank BCA Digital masih merugi sebesar Rp 59,4 miliar tahun lalu walaupun pendapatan bunganya masih tumbuh 3,4% year on year (YoY) jadi Rp 136,46 miliar. Tahun 2020, bank yang resmi konversi jadi bank digital sejak Juli 2021 ini masih membukukan laba bersih Rp 82,1 miliar.

Sebagai bank yang baru, BCA Digital masih membutuhkan banyak investasi dalam mengembangkan bisnisnya sebagai bank digital. BCA Digital menanggung besar cukup besar tahun lalu. Biaya tenaga kerja perseroan naik dari Ro 21,7 miliar pada 2020 menjadi Rp 72,12 miliar, beban promosi melonjak dari hanya Rp 179 juta menjadi Rp 72,12 miliar dan beban lainnya naik dari Rp 22,6 miliar ke Rp 66,9 miliar.

BCA tercatat memiliki sembilan anak usaha. Selain tiga yang sudah disebutkan diatas, ada BCA Sekuritas, BCA Finance limited, Asuransi Umum BCA, BCA Multi Finance, Asuransi Jiwa BCA dan Central Capital ventura (CCV).

Baca Juga: Optimalkan Likuditas, BCA Tempatkan Dana di SUN Capai Rp 231 Triliun di Tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×