kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,54   9,15   1.01%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menagih janji bankir menurunkan suku bunga kredit


Senin, 23 November 2020 / 09:11 WIB
Menagih janji bankir menurunkan suku bunga kredit
ILUSTRASI. Workers leave Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, September 2, 2020. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) rajin memberi stimulus lewat pemangkasan suku bunga di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Terakhir bunga acuan diturunkan 25 basis point (bps) pada 19 November 2020 ke level 3,75%. Sehingga BI rate sudah dipotong 1,25% sepanjang tahun ini. 

Namun, perbankan masih tetap pelit turunkan suku bunga kreditnya. Lihat saja dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata bunga kredit di semua segmen per Agustus masih turun tipis.  Bunga kredit konsumsi hanya turun 0,04% secara year on year (YoY) ke level 11%, segmen Kredit Modal Kerja (KMK) turun 0,09% ke level  9,4%  dan investasi turun 0,1% ke 9,16%.

Data yang dihimpun Ceicdata juga menunjukkan bahwa bunga kredit perbankan di Indonesia masih tinggi.  Per September 2020 akhir, rata-rata bank prime lending rate di Indonesia sebesar 9,37%, tertinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Sementara Suku  Bunga Dasar Kredit (SBDK)  di Malaysia per Agustus hanya tercatat  3,64%, Singapura 3,64% per Oktober  dan Thailand 5,41% akhir September 2020. 

Padahal tren biaya dana (cost of fund/CoF) sudah cenderung melandai karena likuiditas di tengah longgar di tengah perlambatan kredit dan ditambah dengan penurunan bunga acuan. CoF BNI misalnya turun jadi 2,9% per September 2020 dari 3,2% pada periode yang sama tahun lalu. Bank Mandiri juga mencatat penurunan CoF 15 bps menjadi 2,72%. Begitupula dengan BCA, berhasil turunkan CoF ke level 1,4%-1,5% sehingga laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) perseroan pada kuartal III masih tumbuh 13,5%.

Baca Juga: Suku bunga turun 125 bps tahun ini, perhatikan rekomendasi saham perbankan berikut

Sementara Bank Mandiri mengaku sudah menurunkan SBDK di semua segmen sejak awal tahun sekitar 10bps-600 bps. Per Oktober 2020, SBDK segmen korporasi sebesar 9,85%, segmen ritel sebesar 9,80%, segmen mikro 11,50%, segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 10,00% dan segmen konsumtif non KPR sebesar 11,60%. 

"Segmen konsumtif telah diturunkan untuk ketiga kalinya seiring penurunan biaya dana. Sampai dengan September 2020, CoF Bank Mandiri terus menunjukkan tren penurunan mencapai 2,72% per September," kata Rudi AS Aturridha, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri pada KONTAN, Minggu (22/11).  Bank Mandiri berjanji akan terus mengkaji untuk melihat peluang penurunan SBDK lebih lanjut dengan tetap memperhatikan suku bunga pesaing dan tingkat efisiensi bank. 

BCA juga mengaku sudah turunkan bunga kredit di kisaran 115 -150 bps.  “Sepanjang 2020, BCA telah melakukan penyesuaian bunga kredit kepada nasabah sejalan dengan pergerakan bunga acuan. Kami juga akan terus mencermati perkembangannya guna menentukan suku bunga yang kompetitif,” ungkap EVP Corproate and Secretariat BCA Hera F Haryn. 

Baca Juga: Menimbang prospek saham perbankan usai pemangkasan suku bunga acuan

Di segmen segmen konsumer yakni KPR, bank lebih fokus memberikan bunga promo untuk penyaluran kredit baru saja. Sedangkan bunga floating atau mengambang sebagian besar bank tidak banyak berubah. Hanya Bank Mandiri yang tercatat menurunkan bunga floating KPR yakni dari 12,5% akhir 2019 jadi 11% saat ini. 

BCA baru menurunkan bunga floating KPR 0,5% dari akhir 2019 ke level 11%. Executive Vice President of Consumer Loan Division BCA Felicia M. Simon mengatakan, pihaknya belum berencana menurunkan lagi bunga floating tahun ini. Adapun bunga floating KPR CIMB Niaga saat ini ada di kisaran 11%-12% dan BRI sekitar 13%-14%.

Hanya saja, bank kecil menyebut masih sulit mentransmisikan penurunan bunga acuan karena biaya dana mereka lebih tinggi. Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk Daniel Budirahayu memandang penurunan bunga acuan tak serta-merta akan membuat suku bunga kredit bank segera turun tetapi sangat bergantung pada biaya dana setiap bank. Ia bilang, bank kecil seperti Bank Ina perdana memiliki durasi transmisi penurunan bunga kredit lebih lama dibandingkan bank besar yang memiliki biaya dana lebih rendah.

Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) Efdinasl Alasyah mengatakan, BUKU 1 dan BUKU 2 memang cenderung lebih sulit menurunkan bunga kredit karena dana pihak ketiga (DPK) yang masih didominasi dana mahal alias deposito.  “Biaya dana kami kini masih di atas 6%, karena dominasi deposito dalam DPK. Hal ini juga mungkin juga dialami oleh BUKU 1, dan BUKU 2 lainnya,” ungkapnya.

Baca Juga: Bank cilik sulit menekan bunga kredit

Sedangkan Bank Maspion Tbk mengak telah berhasil memangkas SBDK pada kisaran 10-20 bps sepanjang tiga kuartal tahun ini.  Penurunan terbesar sebanyak 20 bps terjadi pada segmen kredit korporasi, dari 9,65% pada Desember 2020 menjadi 9,45% pada September 2020. “Biaya dana kami masih di kisaran 5,75%-6,35%. Penurunan biaya kredit masih perlu waktu, karena jatuh tempo deposito juga beragam,” ujarnya 

Gubernur BI Perry Warjiyo melihat suku bunga kredit belum sejalan dengan tren bunga acuan BI lantaran persepsi risiko kredit. Pandemi Covid-19 telah menurunkan aktivitas ekonomi sehingga resiko kredit meningkat. Akibatnya pencadangan terhadap resiko harus dinaikkan.

Namun, Perry berharap bank sudah bisa segera menurunkan bunga kreditnya dengan  penurunan terakhir suku bunga acuan tersebut. Menurutnya, sekarang sudah saatnya mendorong penyaluran kredit untuk mendorong pemulihan perekonomian.“Saatnya kita membangun optimisme, sudah saatnya kita meningkatkan kembali perekonomian karena pemerintah, BI, OJK sudah begitu banyak melakukan sinergi kebijakan,” tandasnya, Kamis (19/11).

Selanjutnya: BI menurunkan suku bunga, simak rekomendasi saham perbankan berikut ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×