Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar perbankan syariah bakal kedatangan pemain baru dari negeri Kangguru, Islamic Bank Australia menjadi satu-satunya bank syariah dari Australia. Kehadiran bank syariah pertama di Australia itu kian meramaikan persaingan bank syariah di kancah global.
Di Indonesia sendiri saat ini ada Bank Syariah Indonesia (BSI) yang optimistis untuk jadi pemain besar bank syariah secara global. Lantas bagaimana prospek Bank syariah terbesar di Indonesia ini di pasar global, apakah kehadiran Islamic Bank menjadi tantangan tersendiri untuk prospek BSI menembus pasar global.
Terkait hal itu Direktur Utama BSI Hery Gunardi malah menyambut baik dan melihat kehadiran Islamic Bank Australia sebagai pesaing yang akan menambah wawasan untuk persaingan Bank Syariah.
Baca Juga: Bank BTPN Bantu Nasabah Korporasi Transisi Menuju Ekonomi Hijau melalui ESG Deposit
Pasalnya dikutip dari laman resminya Islamic Bank Australia (19/1) bahwa saat ini operasional mereka masih terbatas dan masih menunggu persetujuan dari otoritas setempat. Mereka juga masih membangun sistem dan menguji produk sebelum 5 Juli 2024.
Bos BSI itu ingin melihat dan mempelajari bagaimana bank syariah mampu berkembang di negara dengan mayoritas penduduknya bukan muslim sebagaimana ia mempelajari perkembangan perbankan syariah di Timur Tengah. Oleh sebab itu Islamic Bank Australia dianggap belum menjadi tantangan untuk BSI eksis di pasar syariah global.
Adapun saat ini jika dilihat secara market cap, BSI menempati posisi ke-11 untuk pasar Bank syariah secara global. Market Cap BSI berhasil menembus lebih dari Rp 100 Triliun, tepatnya mencapai Rp 107,48 Triliun.
Selain itu, kinerja BSI juga menorehkan hasil yang baik di tiga tahun belakangan. Secara YTD, kenaikan harga saham BSI sebesar 36.78%.
Baca Juga: BTN Syariah Siap Tampil Menjadi BUS di Indonesia
Hal itu tidak lepas dari kinerja positif di tahun lalu, di mana BSI mencatat kenaikan laba bersih dari Rp 4,26 triliun pada 2022 menjadi Rp 5,7 triliun di tahun 2023. Kemudian asetnya juga tumbuh 15,67% yoy mencapai 365,62 triliun.
Apalagi dengan upaya Bank ini dalam melakukan ekspansi cabang ke luar negeri seperti Saudi Arabia, khususnya di Kota Jeddah, Mekkah dan Madinah
“Setelah Dubai, selanjutnya kami memiliki rencana untuk membuka cabang di Saudi, yang direncanakan terealisasi dalam waktu dekat. Dengan demikian, kami semakin optimistis untuk dapat masuk ke dalam jajaran top 10 perbankan syariah global.”
Sementara itu beberapa pengamat justru menilai BSI belum berpotensi eksis di pasar global dalam waktu dekat.
Baca Juga: Perbankan Syariah Catatkan Pertumbuhan Aset pada 2023
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin bahkan mengatakan dalam 2-3 tahun mendatang potensinya masih kecil untuk jadi pemain utama pasar global syariah. Industri Bank syariah dalam negeri masih belum terlalu besar, mayoritas masyarakat lebih memilih menjadi nasabah bank konvensional.
Pernyataan itu juga didukung Pengamat Ekonomi Syariah Yusuf Wibisono, pasalnya untuk masuk menjadi pemain di industri perbankan syariah global tidak bisa hanya bergantung pada satu entitas saja. Industri perbankan syariah harus berkembang dahulu secara domestik karena indikator pemain utama bukan hanya soal aset saja.
Apalagi jika diperhatikan jajaran 10 bank syariah terbesar dunia seperti bank syariah dari Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Malaysia, Kuwait dan Bahrain memiliki ciri yang sama yaitu penetrasi perbankan syariah domestik yang sudah tinggi.
Bahrain misalnya, market share perbankan syariah domestik nya telah di kisaran 15%, Uni Emirat Arab kisaran 20%, Qatar dan Malaysia telah di kisaran 30%, Kuwait di kisaran 40%, dan Arab Saudi bahkan di kisaran 70%.
Berbeda dengan Indonesia market share perbankan syariah domestik hingga kini baru di kisaran 7% padahal kehadiran Bank Syariah sudah ada sejak 1990an di Indonesia.
Baca Juga: Bank Muamalat Incar Pertumbuhan KPR Capai Rp5,3 Triliun
“Tidak heran bila Indonesia tidak memiliki pemain besar dalam industri perbankan syariah global, karena memang industri domestik nya memang kecil,”
Maka untuk menjadikan bank syariah dalam negeri sebagai pemain global, agenda kebijakan terpenting adalah membesarkan industri perbankan syariah nasional.
Oleh sebab itu rencana merger Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Muamalat bisa menjadi pacuan. Hal ini juga akan menjadi tantangan bagi BSI untuk bersaing di negara sendiri setelah sekian lama BSI tidak memiliki pesaing.
Apalagi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir baru baru ini menilai aksi merger kedua Bank itu berpeluang masuk dalam peringkat 10 Bank syariah terbesar di dunia.
Baca Juga: Siap Spin Off, Laba BTN Syariah Melonjak 110,5% dan Aset Tembus Rp 54 Triliun
Aset BTN Syariah saja sudah mencapai Rp 54,3 triliun. Ditambah perolehan laba bersih sebesar Rp 702,3 miliar pada 2023. Jumlah tersebut naik 110,5% dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 333,6 miliar. Selain itu penyaluran pembiayaan BTN Syariah juga naik 17,4% menjadi Rp 37,1 triliun.
Dengan demikian menurut Yusuf langkah tersebut akan mendongkrak market share perbankan syariah dalam negeri menembus 10%.
Setelah Bank syariah eksis secara domestik dan ditopang dengan kualitas aset yang memadai, Yusuf yakin bank syariah di Indonesia berpotensi memiliki wakil di jajaran 10 bank syariah terbesar di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News