kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Fundamental Solid, BTN Syariah Kuat Menampung Bank Syariah Lain


Rabu, 24 Januari 2024 / 17:27 WIB
Fundamental Solid, BTN Syariah Kuat Menampung Bank Syariah Lain
ILUSTRASI. Teller melayani nasabah saat bertransaksi di Kantor Cabang BTN Syariah di Jakarta, baru-baru ini.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengakuisisi bank untuk dimerger dengan unit usaha syariahnya (UUS) dinilai positif oleh sejumlah kalangan. 

Aksi korporasi yang menjadi bagian dari agenda pemisahan UUS (spin off) itu dinilai bukan hanya menguntungkan BTN, juga memberikan dampak signifikan bagi industri perbankan syariah.

Per September 2023, UUS BTN tercatat memiliki aset senilai Rp 48 triliun. BTN memprediksi jumlah bakal tembus Rp 50 triliun hingga akhir 2023.

Berdasarkan aturan OJK, bank wajib menyapih atau melakukan pemisahan UUS jika nilai asetnya sudah lebih dari Rp 50 triliun atau asetnya sudah lebih dari 50% terhadap aset bank induk.
 
“Agenda spin off UUS BTN yang dirangkai dengan rencana akuisisi bank syariah lain untuk kemudian di merger, merupakan langkah strategis. Industri perbankan syariah bakal kedatangan pemain BUS baru yang kuat permodalannya dan signifikan asetnya,” kata Direktur Eksekutif Segara Research Institut Piter Abdullah Redjalam, Rabu (24/1). 

Baca Juga: Soal Perkawinan Muamalat-BTN Syariah, Pengamat: BPKH Tak Bisa Jadi Pengendali
 
Selain itu, Piter menyebut UUS BTN juga layak menampung bank syariah lain karena memiliki fundamental yang solid. BTN Syariah memiliki outstanding pembiayaan Rp 35,79 triliun hingga akhir September 2023, tumbuh 17,94% secara tahunan. Laba bersih dalam sembilan bulan pertama 2023 mencapai Rp 400 miliar, melonjak 70%.  
 
Menurutnya, konsolidasi perbankan selalu bermakna positif. Bank hasil merger akan memiliki aset lebih besar dan modal lebih kuat, sehingga bisa lebih optimal dalam menggerakan ekonomi umat. Fungsi intermediasi, kata dia, juga jauh lebih meningkat dan masyarakat punya lebih banyak pilihan.      
 
Sementara itu, Pengamat perbankan Centre for Banking Crisis Ahmad Deni Daruri menilai Bank Muamalat menjadi kandidat ideal untuk diakuisisi BTN Syariah. Bank syariah tertua di Indonesia itu membutuhkan injeksi modal agar bisa lebih ekspansif dan keluar dari persoalan masa lalu. 

“Bank Muamalat memang sudah lebih sehat ketimbang 2 tahun lalu, tapi sehat saja tidak cukup. Bank mesti bertumbuh dan modalnya terus ditingkatkan agar bisa menjalankan fungsi intermediasi lebih optimal lagi,” kata Ahmad.
 
Rasio pembiayaan terhadap pendanaan Bank Muamalat saat ini atau finance to deposit ratio (FDR) hanya sebesar 45%, jauh di bawah batas ideal. Sementara rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 28,67% pada akhir September 2023.

Baca Juga: Bank Syariah Optimistis Kinerja Makin Melaju Tahun Ini
 
Jika manajemen Muamalat ingin ekspansi untuk menggenjot FDR ke batas ideal maka CAR bisa tergerus. Pasalnya, setiap penyaluran pembiayaan atau ekspansi bisnis lainnya akan membentuk aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Dengan kata lain, bank harus menambah permodalan, menyesuaikan profil risiko dan kebutuhan ekspansi.
 
“Bank selalu membutuhkan suntikan modal tambahan. Pada titik ini, BPKH tidak bisa terus menerus membenamkan dana haji sebagai tambahan modal. Terlalu berisiko karena dana umat wajib diinvestasikan di instrumen yang aman,” kata Deni.  
 
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2023, aset gabungan Bank Muamalat dengan BTN diperkirakan mencapai 114,6 triliun, hampir separuh dari aset BSI. Dengan demikian, Bank Muamalat dan UUS BTN bila kelak bergabung akan menjadi bank syariah dengan aset terbesar kedua setelah BSI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×