Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
“Seperti ARTO, memang PER nya mahal, dan bank ini memang masih berharap dengan perbaikan fundamental untuk jangka pendek, tapi overall masih oke. Bagi investor saran saya lebih berhati-hati pada saham bank digital, karena cenderung digoreng sahamnya, lebih cocok untuk trading” ungkap Satrio.
Lebih jauh, Satrio menyarankan agar investor saham bank dapat memperhatikan emiten bank-bank yang sering bagikan dividen interim yang biasanya dibagikan pada bulan November atau Desember, seperti emiten big caps BBRI karena masih murah.
Sementara BBNI harganya juga masih relatif di murah, kemudian BBCA dan BMRI.
Baca Juga: Saham-Saham yang Banyak Diborong Investor Asing di Awal Pekan Ini
Meskipun, saham bank lapis dua seperti BNGA, NISP, BNLI yang juga masih memiliki harga yang murah dan sering bagikan dividen, dianggap Satrio masih cukup menarik untuk akumulatif buy.
“Namun kalau saya sukanya saham big caps, rata-rata big caps PER nya di bawah 15%, jadi yaa cukup murah. Kalau PER di atas 20 sudah mulai mahal. Sehingga untuk saham big caps rekomendasinya buy. Posisi sekarang itu BBCA PER nya sudah 24 ya, masih PER wajarnya market, tapi BMRI, BBNI, BBRI, PER nya masih single digit, relative masih murah,” jelas Satrio.
Meski dari semua hal tersebut, Satrio menegaskan dengan adanya penurunan suku bunga, semua investor nantinya akan kembali melirik saham emiten keuangan seperti bank.
Senada, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta juga merekomendasikan saham-saham potensial seperti big caps.
Baca Juga: Kinerja Indeks BUMN20 Masih Merah, Simak Prospek Saham Emiten Konstituennya
“Saya rekomendasikan saham-saham BBCA - BBNI – BBRI – BMRI dan BRIS, fundamentalnya bagus, rutin bagikan dividen,” kata dia.