CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.517.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Mengandalkan syariah, pembiayaan IBF tumbuh 172%


Selasa, 09 Agustus 2011 / 06:30 WIB
Mengandalkan syariah, pembiayaan IBF tumbuh 172%
ILUSTRASI. Pabrik feronikel atau FeNi ANTAM


Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas | Editor: Edy Can

JAKARTA. Intan Baruprana Finance (IBF) makin mantap menjalankan bisnis syariah. Presiden Direktur IBF, Fred Lopez Manibong mengatakan, sekitar 70%-75% bisnis pembiayaannya berbasis syariah.

IBF yang memiliki izin pembiayaan syariah sejak Juni 2010 ini merasa diuntungkan dengan pembiayaan berbasis syariah. Pertama, harus ada underlying atau barang dalam perjanjian pembiayaan. Kedua, sistem pembiayaan menerapkan bagi hasil dengan perbankan. Terakhir, adanya kemudahan mendapatkan dana.

Maklum, kini banyak perbankan syariah yang ngebet ingin menyalurkan pinjaman tapi pasarnya terbatas. Selain, itu, menurutnya, ada tanggung jawab moral yang lebih pada pembiayaan berbasis syariah.

Pasar terbesar pembiayaan syariah IBF ada di Balikpapan, Kalimantan Timur. Setelah itu Sumatera.

Kedua pulau tersebut merupakan pusat berkembangnya industri perkebunan dan pertambangan. "Saat ini kami masih berusaha mengenal lebih jauh pasar Sumatera," kata Fred kepada KONTAN, Senin (8/8).

Fred memprediksi, pasar pembiayaan syariah akan makin berkembang di tahun-tahun mendatang. Karena adanya faktor bagi hasil yang membuat suku bunga lebih stabil.

Meskipun saat ini imbal hasil pembiayaan syariah terbilang sedikit lebih tinggi dibandingkan konvensional, yaitu di angka sekitar 18% hingga 19%, nilai tersebut tak gampang naik. "Sebenarnya yang dibutuhkan pengusaha, kan, keadaan yang stabil. Sehingga kita bisa memprediksi jauh ke depan," jelasnya.

Sepanjang semester satu lalu, IBF menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 395 miliar. Nilai tersebut tumbuh 172% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan yang pesat tersebut karena tumbuhnya industri pertambangan.

IBF menargetkan, penyaluran pembiayaan sebesar Rp 1 triliun tahun ini. Meski nilai pembiayaan semester satu belum sampai setengah dari target, Fred optimistis mencapai target. "Di Juli saja kami mendapatkan tambahan lebih dari Rp 100 miliar. Diprediksi, hingga Agustus nilai pembiayaan kami bisa mencapai Rp 700 miliar," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×