Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejalan dengan upaya perbankan untuk mendorong kinerja bisnisnya dan menjalankan fungsi intermediasi, perbankan tentunya membutuhkan dana untuk diputar menjadi kredit. Sumber dana ini bisa berasal dari himpunan dana pihak ketiga (DPK) maupun non DPK
Menurut laporan terbaru dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sumber dana non DPK perbankan merangkak naik sebesar 0,16% secara year on year (YoY) pada Agustus 2023. Jika dibandingkan dengan bulan Juli lalu yang terkoreksi 3,39% yoy.
Dalam laporannya, LPS menyebut faktor selisih biaya dana dan peningkatan permintaan kredit menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan bank dalam melakukan diversifikasi sumber pendanaan di luar DPK.
Sementara itu untuk saat ini, sejumlah bank nampaknya masih memiliki sumber pendanaan yang memadai, sehingga tidak
Baca Juga: Sumber Pendanaan BCA dari Non DPK Capai Rp 9,6 Triliun
PT Bank Mandiri Tbk misalnya, yang juga mencari pendanaan dari sumber non DPK apabila dibutuhkan. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan sumber pendanaan non DPK dapat berasal dari instrumen wholesale funding melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan Surat Utang.
"Ini sebagai salah satu upaya Bank dalam memperoleh pendanaan stabil jangka menengah dan panjang dengan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas Bank, kondisi pasar, serta governance yang berlaku," kata Rudi kepada Kontan belum lama ini.
Rudi merinci, per September 2023 (bank only) mencatat total pendanaan yang bersumber dari non DPK mencapai Rp91,48 triliun atau 6,84% dari total Liabilities Bank Mandiri. Dari jumlah tersebut, di antaranya berasal dari penerbitan Surat Berharga sebesar Rp40,93 triliun, dan pinjaman yang diterima sebesar Rp50,55 Triliun.
Adapun Bank Mandiri pada tahun 2023 telah menerbitkan Global Bond sebesar US$300 Juta pada 4 April 2023. Penerbitan Global Bond tersebut merupakan bagian dari Euro Medium Term Notes (EMTN) Programme Bank Mandiri yang telah dibentuk sejak tahun 2019.
Selain itu, Bank Mandiri juga telah menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan Tahap I (Green Bond) pada 4 Juli 2023 sebesar Rp5 Triliun yang merupakan bagian PUB Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I sebesar Rp10 triliun.
"Eksekusi penerbitan surat utang tersebut merupakan salah satu strategi Bank dalam memperkuat struktur pendanaan serta implementasi produk keuangan berkelanjutan," kata Rudi.
Baca Juga: Sumber Pendanaan Bank Mandiri dari Non DPK Capai Rp 91,48 Triliun
Meski begitu Rudi bilang Bank Mandiri tetap optimis pada tahun 2023 pertumbuhan DPK masih dapat menopang pemenuhan likuiditas, mendukung operasional, serta menunjang kebutuhan ekspansi bisnis.
Sementara itu PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat total sumber dana dari non DPK sebesar Rp9,6 triliun per September 2023. Jumlah ini meningkat sekitar 5% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Upaya BCA dalam mencari pendanaan dari sumber non DPK sejalan dengan komitmen perseroan dalam menjaga ekspansi kredit yang sehat.
"BCA berkomitmen untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat," kata Hera F Hary, EVP Secretariat and Corporate Communication BCA.
Meski begitu sumber dana terbesar BCA tentunya berasal dari DPK yang tumbuh 6,2% yoy menjadi Rp1.089 triliun ditopang oleh pertumbuhan dana murah (CASA) sebesar 4,7% menjadi Rp869,8 triliun per September 2023. Hera menyebut rasio CASA terhadap total DPK BCA mencapai sekitar 80%, dan salah satu yang tertinggi di industri, dengan biaya dana yang murah dan stabil.
"Kokohnya CASA sebagai dana inti bank selaras dengan kuatnya franchise perbankan transaksi, ditopang oleh inovasi yang berkesinambungan di ekosistem multi-channels serta basis nasabah yang terus meningkat," jelasnya.
Baca Juga: Bank-Bank Milik Para Taipan RI Bukukan Kinerja Positif di Kuartal III-2023
Di sisi lain Direktur Utama PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Yuddy Renaldy, melihat kondisi tren suku bunga yang tinggi menjadi tantangan dalam mencari pendanaan.
"Kami perlu melakukan pengelolaan aset dan liabilitas yang optimal, termasuk mencari sumber sumber dana yang efisien," kata Yuddy kepada Kontan belum lama ini.
Pasalnya kenaikan BI Rate tentunya akan mempengaruhi biaya dana bank atau cost of fund. Namun Yuddy bilang dalam mencari sumber dana, pihaknya bukan hanya dilihat dari sisi biaya dana namun juga dari sisi pemenuhan rasio stable funding sesuai ketentuan regulator.
Meski tidak merinci berapa nilai besarannya, namun Yuddy mengatakan per September 2023, total himpunan dana dari sumber non DPK seperti sumber dana antar bank tumbuh 11,6% yoy.
Adapun dari segmen DPK, Yuddy mengatakan Bank BJB tidak menargetkan secara khusus untuk pertumbuhan DPK. "Namun pemenuhannya bersifat dinamis melihat perkembangan permintaan kredit sampai dengan akhir tahun agar menjaga LDR di level optimal 90-92% dan tidak memberikan tekanan berlebih terhadap biaya dana," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News